Mengulik Nano Zeolit, Pembuat Sayuran Lebih Awet

Pertanianku — Biasanya, sayuran memiliki daya simpan yang rendah. Kadar air yang tinggi pada jenis bahan makanan ini membuat sayuran lebih mudah busuk ketimbang jenis makanan lain. Akibatnya, proses distribusi dan penyimpanan pun tidak dapat dilakukan dalam waktu lama. Kini, sudah ditemukan inovasi teknologi menggunakan nano zeolit yang dapat membuat sayuran lebih awet dan tahan lama.

nano zeolit
Foto: pixabay

Inovasi ini dirilis oleh Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Penelitian yang dilakukan berhasil membuat nano zeolit melindungi sayuran sehingga lebih tahan lama. Sebagai contohnya, sayuran yang sudah diuji coba adalah cabai merah yang dapat disimpan selama 30 hari pada suhu 12—14 derajat Celcius.

Tak hanya untuk sayuran, nano zeolit yang diinovasikan pada kemasan ini juga berhasil digunakan pada buah-buahan. Contoh percobaan yang sudah berhasil adalah buah pisang yang mampu disimpan hingga 30 hari dan buah salak yang tahan hingga 40 hari. Keduanya mampu bertahan sedemikian lama pada suhu 12—14 derajat Celcius.

Nano zeolit sendiri merupakan penyerap gas etilen. Gas etilen merupakan gas yang secara alami dikeluarkan oleh buah dan sayur pada proses pematangan. Gas etilen akan membuat sayuran dan buah-buahan cepat membusuk.

Penggunaan zeolit sebagai penyerap gas etilen sudah lama diketahui. Nano teknologi pun dikembangkan agar zeolit dapat digunakan dalam bentuk kemasan. Penggunaan nano zeolit juga akan meningkatkan daya serap etilen sehingga lebih efektif saat digunakan.

Efisiensi nano zeolit ini jauh lebih tinggi daripada zat lain karena ukuran partikelnya yang sangat kecil, yakni berukuran nano. Dengan begitu, persentuhan zeolit dengan gas etilen pun semakin luas. Akibatnya, gas etilen semakin banyak diserap. Sayuran dan buah-buahan pun jadi lebih tahan lama.

Pihak Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian berharap teknologi ini mampu menurunkan kehilangan akibat pembusukan buah dan sayur saat distribusi. Termasuk, dalam perdagangan ekspor yang kini semakin marak dilakukan. Nilai ekspor pun akan terdorong naik dengan digunakannya teknologi kemasan nano zeolit ini.

Nano zeolit sendiri diperkirakan masih terjangkau jika diproduksi secara massal. Bahan utamanya, yakni zeolit, sangat mudah ditemukan di Indonesia. Beberapa daerah penghasil zeolit antara lain Lampung, Banten, Malang, dan Tasikmalaya dengan harga kurang dari Rp1.000 per kilogramnya.