Pertanianku — Jutaan ikan mati mendadak di Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Sejak Rabu, 22 Agustus 2018, satu per satu ikan di danau mengapung. Peristiwa tersebut tentunya menyedot perhatian publik, terutama warga setempat. Mereka bingung dan bertanya-tanya soal penyebab kematian jutaan ikan itu.

Bupati Samosir, Rapidin Simbolon mengatakan, pihaknya mengangkut jutaan ekor ikan itu menggunakan alat berat untuk dikubur. Dikatakannya pula kebanyakan ikan yang mati itu milik masyarakat dan pengusaha di Kelurahan Pintusona, Kecamatan Pangururan, yang berada di Keramba Jaring Apung (KJA).
Sementara itu, tim Perikanan dan Kelautan memprediksi awal penyebab kematian sekitar 180—200 ton ikan KJA di Danau Toba itu akibat kualitas air yang buruk.
“Tim Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut, Samosir, dan Karantina Pusat dari Kementerian Perikanan dan Kelautan masih terus mendalami penyebab kematian ikan secara mendadak itu,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sumut Mulyadi Simatupang di Medan, seperti dilansir Antara, Jumat (24/8/2018).
Menurut dia, tim masih terus mencari tahu penyebab kematian ikan dalam KJA tersebut meski hasil sementara ditemukan kejadian itu merupakan dampak kualitas air yang buruk. Untuk memastikannya, tim sudah mengambil contoh air dari KJA di Danau Toba dan akan diperiksa di laboratorium.
Mulyadi menjelaskan, berdasarkan pengamatan visual di lapangan atau daerah Pangururan, warna air terlihat kecokelatan dan keruh. Kualitas air yang buruk itu karena saat ini sedang memasuki puncak musim kemarau disertai angin yang kencang.
Kondisi ini, menurut Mulyadi, membuat bahan organik di dasar perairan khususnya di sekitar KJA naik ke atas perairan (up-welling) sehingga kandungan oksigen di perairan tersebut sangat rendah.
“Kualitas air yang buruk juga dipicu letak KJA yang belum mengikuti cara budidaya ikan yang baik (CBIB) seperti kedalaman perairan, padat tebar, dan jarak antar-unit KJA,” ujar dia.
Mulyadi mengungkapkan bahwa kematian jutaan ikan siap panen itu menimbulkan kerugian Rp5 miliar hingga Rp6 miliar. Adapun jumlah peternak yang merugi sebanyak 18 orang.
“Kematian ikan mas dan nila sekitar 180 ton di KJA Desa Pintu Sona, Pangururan, Kabupaten Samosir, 22 Agustus itu menjadi pelajaran buat semua,” katanya.
Dari hasil pemeriksaan Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Samosir, kadar oksigen dalam air (Diasolved Oxygen atau DO) Danau Toba berkisar 2,28 mg/L. Kondisi itu jauh di bawah standar mutu air yang ditetapkan pemerintah berdasarkan PP 82/2001, yakni minimal 6,0 mg/L.
“Selain terus mencari tahu penyebab kematian, tim juga sedang mengatasi dampak kejadian itu yang menimbulkan aroma busuk,” tutur Mulyadi.