Menilik Potensi Jagung Pulut

PertaniankuJagung pulut merupakan salah satu varietas jagung yang tidak biasa. Jagung pulut disebut juga jagung ketan karena memiliki tekstur lengket seperti ketan ketika direbus. Hal ini terjadi karena kandungan amilopektin yang tinggi.

Foto: pexels

Jagung ketan ditemukan di Tiongok pada awal 1900 dengan karakter endosperm berwarna kusam seperti lilin (waxy). Karakter waxy disebabkan adanya gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis terletak pada kromosom sembilan.

Secara fenotif, endosperm jagung ketan yang berwarna kusam, dapat dibedakan dengan jelas dibandingkan jagung jenis lain pada saat kadar air biji 16% atau kurang dari 16%.

Di Indonesia sendiri, jagung pulut dimanfaatkan dengan cara direbus atau dibakar, sebagai campuran nasi, bahkan beberapa warga mengolahnya menjadi emping, dan marning.

Daya cerna pati jagung pulut lebih rendah dibanding varietas jagung nonketan. Komposisi tersebut dapat membantu penderita diabetes yang memerlukan pangan karbohidrat, tapi tidak tercerna sempurna menjadi glukosa.

Tingginya kandungan amilopektin pada jagung ketan juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti domba, sapi, dan babi dimana dengan menggunakan jagung ketan dapat meningkatkan bobot binatang ternak hingga mencapai 20%.

Berdasarkan penelitian, jagung ketan juga dapat digunakan sebagai campuran bahan baku kertas, tekstil, dan industri perekat. Jagung ketan juga digunakan untuk memperbaiki kehalusan dan creaminess makanan kaleng, serta sebagai bahan perekat label botol dan memperkuat kertas.

Budidaya tanaman jagung ketan pada umumnya tidak berbeda dengan budidaya tanaman jagung field corn (jagung pipil). Yang membedakan, hanyalah isolasi jarak dan waktu karena jagung ketan dikendalikan oleh gen resesif (wx).

Isolasi jarak kurang lebih sekitar 200 m, sedangkan isolasi waktu 3 minggu lebih awal dari tanaman jagung pipil atau selain jagung ketan, dimana jagung ketan ditanam lebih dekat dengan arah angin. Saat ini varietas jagung ketan yang ada di Indonesia masih dalam bentuk OP atau lokal seperti Sulawesi, Jember, Kediri, dan Ciamis.

Terlepas dari kelebihan yang dimiliki, jagung pulut juga mempunyai kelemahan, salah satunya tingkat produktivitasnya yang masih rendah, antara 2—2,5 ton per hektare (ha). Balai Penelitian Tanaman Serealia melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan produktivitas jagung pulut, salah satunya dengan persilangan dengan plasmanutfah lokal yang mempunyai potensi hasil yang tinggi.

Hasil peneliti Balitsereal kemudian menghasilkan varietas jagung pulut baru dengan produktivitas mencapai 6 ton per ha atau tiga kali lebih tinggi dari jagung pulut lokal. Selain itu, kandungan amilopektin juga tinggi sampai 90% sehingga memberi rasa gurih. Jagung baru yang diberi nama Pulut URI (Untuk Rakyat Indonesia) diproduksi untuk memenuhi permintaan industri olahan.