Pertanianku – Sering terjadi kesalahpahaman pada masyarakat awam tentang produksi telur yang sangat ditentukan oleh banyaknya bulu ayam. Pendapattersebut tidak sepenuhnya salah. Namun, ada hal yang kemungkinan belum dipahami dengan baik.
Ayam memiliki sifat biologis sebagaimana ternak unggas lainya, yakni ada batas-batas tertentu dalam memproduksi telur. Dalam jangka waktu tertentu, produksi telur akan mengalami penurunan meskipundiperlakukan semaksimal mungkin. Hal ini terkait dengan sifat alami ayam petelur. Secara alami ayam petelur memiliki sifat moulting. Artinya,terjadinya rontok bulu sebagai pertanda mulai berakhirnya produksi telur sementara. Sifat ini merupakan sifat alami yang dimiliki oleh ternak unggas termasuk ayam petelur. Dengan demikian, peningkatan produksi telurtidak bisa begitu saja dilakukan melalui perbaikan pertumbuhan bulu-bulunya.
Moulting merupakan suatu gejala dan bukan sebagai penyebabmenurunnya produksi telur. Justru moulting sebagai indikasi agar segera dilakukan penanganan apakah dilakukan pengapkiran (berhenti produksi secara permanen) atau istirahat produksi sementara. Apabila moulting terjadi pada umur a yam yang sudah mendekati masa akhir produksi, dilakukan pengapkiran dan dijual sebagai ayam apkir. Namun, apabila moulting terjadi pada masa produktif, hanya perlu istirahat sementara.
Kejadian moulting pada ayam petelur umumnya satu atau dua kali dalam setahun. Setelah moulting, ayam akan segera berproduksi lagi jika bulubulu mulai tumbuh kembali. Berdasarkan terjadinya rontok bulu, menurut Poultry Indonesia, dapatdibedakan antara moulting cepat/awal (early moulting) dan moulting lambat/akhir (lately moulti ng). Ayam yang mengalami early moulting akan kehilangan satu buah bulu primer setiap dua minggu. Setiap terjadi bulu rontok, ayam akan berhenti bertelur. Oleh karena itu, dibutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk memperbaiki semua bulu primer yang rontok agar bisa berproduksi kembali. Ayam yang mengalami lately moultingakan melepaskan bulu primernya dua atau tiga bulan sebelum bulu-bulu tumbuh seluruhnya.
Ayam yang termasuk early moulting akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki semua bulu-bulu primernya. Dengan demikian, masa tidak produktifnya lebih panjang jika dibandingkan dengan ayam yang termasuk lately moulting. Ayam yang mengalami bulu rontok lebih awal sebaiknya dikeluarkan karena akan menyebabkan terjadinya pemborosan, khususnya penggunaan pakan. Sementara itu, ayam yang menunjukkan tipe rontok bulu akhir dapat tetap dipertahankan dalam kandang. Namun, tindakan pengeluaran ayam yang termasuk early moulting perlu kehati-hatian. Pengeluaran ayam yang terlalu banyak juga dapat mengganggu kesinambungan produksi. Oleh karena itu, persiapan peremajaan harus dilakukan sebaik-baiknya. Secara umum teknik peremajaan dapat dilakukan dengan dua metode sebagai berikut.
- Metode all in all out, yakni metode dengan populasi ayam dalam kandang memiliki umur yang seragam.
- Metode continous replacement dengan populasi ayam terdiri atas umur yang bervariasi.
Semakin lama masa moulting, tentunya akan semakin berkurang produksi telur yang dihasilkan. Periode moulting pada ayam petelur dapat dipercepat melalui teknik force moulting atau memaksa bulu ayam rontok lebih cepat. Tujuanya agar ayam segera kembali pada kondisi optimal dalam berproduksi. Terdapat beberapa cara untuk melakukan force moulting, antara lain membatasi pakan atau menggunakan obat-obatan tertentu.