Pertanianku – Menjelang panen terakhir yang berlangsung sepanjang bulan ini, para petani di Jawa Timur bisa sedikit tersenyum lega karena harga gabah kering naik. Di tingkat petani, harga gabah kering mencapai Rp5.300—Rp5.400 per kg. Harga itu lebih baik dari tahun sebelumnya yang merosot sampai Rp3.100 per kg.
Ketua Asosiasi Lumbung Pangan Jawa Timur, Suharno menuturkan, sebagian besar wilayah di Jatim sudah memasuki musim panen akhir. Rendemen yang diperoleh di tingkat petani juga tinggi sehingga pendapatan yang diperoleh para petani terus naik.
“Bahkan harga gabah kering sudah di atas harga pokok produksi yang ditetapkan oleh pemerintah. Ini membuat kami semua merasa lega,” kata Suharno beberapa waktu lalu, seperti melansir Okezone (6/4). Dia melanjutkan, produktivitas para petani juga naik drastis. Kalau sebelumnya produktivitas yang dimiliki rata-rata 6—7 ton per hektare, bulan ini produktivitas mencapai 8,5 ton per hektare.
Faktor pendukung lainnya terjadi setelah beberapa petani memakai mesin panen padi (combine harvester) ketika panen. Dengan peralatan yang mendukung itu, para pekerja sebanyak delapan orang bisa menyelesaikan panen 3 hektare dalam sehari.
“Jadi, proses panen yang dilakukan menjadi cepat. Kami juga bisa menghemat biaya untuk tenaga kerjanya,” ungkapnya.
Keberhasilan panen serta harga gabah kering yang tinggi juga tak bisa dilepaskan dari keputusan para petani untuk menunda sebulan masa tanam. Sebab, curah hujan yang tinggi masih saja terjadi sehingga para petani yang melihat kondisi itu dengan sengaja menunda masa tanam.
“Hasilnya kan menggembirakan. Banyak yang untung dengan penundaan itu. Hasil panen juga bagus,” ucapnya.
Dengan kondisi yang ada saat ini, lanjutnya, harga gabah masih bisa bertahan sampai akhir bulan ini. Pihaknya pun berharap puncak panen bisa memperoleh lebih banyak lagi gabah yang berkualitas. Kantong-kantong padi di Jawa Timur juga serentak melakukan panen sepanjang bulan ini.
“Kami belajar banyak dari musim lalu ketika dihantam cuaca yang tak bersahabat. Makanya, potensi panen tahun ini jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Persiapan para petani juga lebih matang ketika memulai masa tanam lagi,” jelasnya.
Target serapan dari pemerintah yang mematok 850.000 ton tiap tahun akan ditingkatkan menjadi 1,2 juta ton setelah melihat potensi tahun ini.
“Tahun lalu serapan yang berhasil direalisasikan mencapai 700.000 ton. Tentu dengan target serapan yang lebih besar, kami sangat optimistis bisa mencapai 1,2 juta ton,” tutur Usep.
Salah satu upaya yang akan dilakukan untuk memperbanyak serapan dengan menambah jumlah mitra di tingkat petani. Sampai saat ini, total mitra Bulog di tingkat petani baru 300 mitra.