Pertanianku – Pemerintah telah berencana melakukan pencabutan subsidi benih. Menteri Pertanian RI (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan hal ini demi kebaikan para petani. Ditambah lagi pada 2015 lalu dilaporkan hanya 5 persen subsidi benih yang terserap sehingga petani yang menikmati hanya sekitar 2 persen.
“Kami cabut subsidi benih Rp1 triliun, diganti menjadi pembagian benih unggul gratis yang diberikan secara langsung seperti benih padi, cabai, jagung kepada seluruh petani di Indonesia,” jelas Amran dalam keterangan tertulis belum lama ini.
Dengan perubahan kebijakan tersebut, hingga kini tidak ada impor jagung, berbeda dari tahun sebelumnya dimana setiap Agustus impor jagung sebesar 2 juta ton. “Ini merupakan kerja sama dari semua pihak, kita sepakat kalo negeri ini tidak butuh, jangan impor, kasihan petani, ” ungkapnya.
Menteri Amran menegaskan setiap kebijakan yang dikeluarkan Kementan adalah demi melindungi petani. “Kepentingan kami saat ini bagaimana petani bisa mendapatkan keuntungan sehingga apabila petani untung APBN nantinya tidak diperlukan lagi,” ujarnya. Dia meminta hasil produksi dibeli semahal-mahalnya dari petani, tetapi dijual semurah-murahnya untuk konsumen.
Belum lama ini Mentan Amran menghadiri kegiatan masa reses Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR RI dan Panen Raya seluas 300 hektare di hamparan seluas 6.000 hektare di Desa Sumber Sari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pada kesempatan tersebut, Mentan memberikan bantuan alsintan kepada 11 gabungan kelompok tani (gapoktan) berupa 10 unit traktor roda empat, lima unit traktor roda dua, 18 unit pompa air, enam unit power treser, dan sembilan unit cultivator.
Mentan juga melaporkan bahwa pada musim panen April—September mendatang memiliki kualitas sangat bagus. “Kondisi ini perlu dipertahankan agar di bulan kemarau tidak terjadi paceklik pada November, Desember 2016, dan Januari 2017,” tambahnya.
Pada Juli lalu, Mentan mengatakan bahwa target luas tanam 1 juta hektare per bulan telah tercapai, dimana tahun lalu hanya 500 ribu hektare per bulan. Jumlah ini diharapkan juga dapat dicapai pada Agustus dan September untuk menjaga kestabilan harga. “Kalau tanam 1 juta hektare dikalikan dengan jumlah produksi 6 juta ton per hektare gabah kering giling (GKG) maka akan menghasilkan 3 juta ton beras bahkan surplus 400 ribu ton,” tuturnya.