Pertanianku – Saat ini produksi jagung di Gorontalo sangatlah melimpah. Bahkan, sebanyak 10.015 ton jagung dari Gorontalo dikirim ke Banten melalui Pelabuhan Cigading, Banten. Melimpahnya produksi jagung di Gorontalo dikarenakan program khusus yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) guna mempercepat peningkatan produksi jagung.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, melimpahnya produksi jagung di Gorontalo adalah bentuk keberhasilan Indonesia yang tahun ini bisa melepaskan diri dari impor jagung. Seperti diketahui, pada tahun-tahun sebelumnya Indonesia rutin mengimpor jagung sebesar 3—3,5 juta ton per tahun.
“Sampai dengan Mei tahun 2017 belum ada permintaan impor. Padahal sebelumnya kita selalu impor,” kata Mentan.
Keberhasilan peningkatan produksi jagung ini tampaknya menjadi perhatian negara tetangga. Malaysia bahkan mendatangkan delegasi untuk mempelajari apa langkah yang dilakukan Indonesia menghentikan impor jagung.
Lebih lanjut ia mengatakan, Malaysia mengimpor jagung sebanyak 3 juta ton per tahun. Sementara itu, Indonesia sebelumnya mengimpor 3,6—4 juta ton jagung per tahun.
“Tapi tiba-tiba 3 juta impor kita hilang. Kita sama-sama mengimpor dari Argentina dan Amerika. Mereka masih lanjut, kita berhenti,” ujarnya.
Impor jagung pada 2016 turun sebanyak 66%. Mentan berharap para pelaku usaha untuk tidak mengimpor jagung. Sebab, produksi jagung di Indonesia dinilai mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Provinsi Gorontalo merupakan salah satu daerah yang memiliki kontribusi paling besar. Untuk meningkatkan lagi produksi jagung di provinsi tersebut, pihaknya akan menambah bantuan.
“Masyarakat juga agar dapat memanfaatkan sejengkal tanah pun untuk ditanami jagung,” tambah Amran.
Menurutnya, satu pengusaha di Gorontalo saja mampu menghasilkan 1.000 ton jagung pipil per hari. Dengan begitu, dalam satu tahun mampu menghasilkan sekitar 400 ribu ton per tahun. Padahal, di Gorontalo mencapai 10 pengusaha jagung.
“Artinya, produksi mencapai 3 juta ton per tahun. Sedangkan stok jagung di Bulog ada 140 ribu ton, sementara kebutuhan jagung pihak yang menginginkan impor hanya 30 ribu ton, belum lagi di daerah-daerah seperti Gorontalo,” tutur Amran.