Pertanianku — Salah satu upaya menuju Grand Design Hortikultura 2020—2024, Kementan (Kementerian Pertanian) ciptakan sistem produksi terintegrasi. Sebagai penghasil komoditas hortikultura yang berdaya saing tinggi, Indonesia terus memantapkan peran strategisnya di pasar global. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus menata dan memantapkan sistem produksi yang terintegrasi, baik dari hulu maupun hilir.

“Penataan kawasan hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, tanaman hias dan tanaman obat harus komprehensif. Misalnya kita sudah tetapkan target ekspor buah, maka seluruh mata rantai bisnis hortikultura dari on-farm hingga off-farm, satu sama lain harus sinergis dan menguatkan,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, di Jakarta, Kamis (19/9).
Prihasto menuturkan bahwa rancangan formula khusus mengenai pengembangan aneka produk hortikultura tengah disiapkan. Harapannya, rancangan tersebut mampu menjdi acuan kualitas ekspor produk hortikultura, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri (ekspor).
“Kita harus desain penataan kawasan hortikultura menjadi sebuah Grand Design yang lebih komprehensif dan mampu menjawab tantangan pasar global yang semakin dinamis. Rentang tahun 2020—2024 akan menjadi periode yang menentukan apakah kita sanggup bersaing di pasar global atau tidak,” ungkapnya.
Menurut Prihasto, pasar global menuntut produk hortikultura yang berkualitas dan aman konsumsi. Bahkan, preferensi konsumen tak lagi sekadar berorientasi produk, tapi sudah mulai mempertimbangkan bagaimana proses produk tersebut dihasilkan.
“Mau tidak mau, sistem budidaya yang ramah lingkungan menjadi keharusan. Sistem produksi hortikultura harus berkorelasi positif terhadap perbaikan kualitas lingkungan, misalnya berkontribusi dalam mengurangi emisi CO2,” ujar Anton.
Untuk itu, kata Anton, penyediaan benih unggul harus benar-benar diperhatikan. Sarana prasarana pendukung juga harus terintegrasi seperti irigasi, jalan usaha tani, alat mesin pertanian, fasilitas pascapanen hingga pembiayaan dan pemasaran. Faktor yang tidak kalah penting adalah penguatan kapasitas sumber daya manusia petani dan kelembagaan.
“Kita tidak bisa lagi bicara spot-spot lahan. Harus berskala kawasan yang luas dan berbasis korporasi. Dalam satu kawasan, semua pihak terkait masuk ke situ. Hulu hilir semuanya saling terhubung. Bayangkan, bagaimana kita mau dorong protokol ekspor durian atau bersaing dengan negara kompetitor kalau kawasan produksi durian kita masih terpencar-pencar?” katanya.