Pertanianku – Di antara jenis sayuran, sayuran jepang paling banyak jenisnya dan sangat beragam. Hal ini membuat peluang budidaya sayuran jepang sangat cerah karena bernilai jual tinggi.
Seorang pria asal Jawa Barat tertarik menjalankan usaha budidaya sayuran Jepang. Berawal dari mengikuti program magang ke Negeri Sakura tersebut selama setahun, membuat Tatan Tarjuna mendapatkan banyak ilmu cara dan sistem pertanian sayuran di Jepang.
Setelah mengikuti program magang yang diadakan secara rutin tiap tahun, ia pun kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk fokus memulai usaha budidaya sayuran jepang. Sebab, harga sayuran jepang terbilang tinggi, bisa 3—5 kali lipat harga sayuran lokal. Tentu saja produk ini sangat cocok untuk dilempar ke pasar modern. Pada 2001, Tatan Tarjuna mulai menjalankan usaha budidaya sayuran jepang di bawah bendera CV Yan’s Fruit & Vegetables di Lembang, Bandung Barat.
Tatan mengaku cukup senang membudidayakan sayuran jepang karena selain cara budidayanya secara umum hampir sama dengan sayuran lokal, biaya produksinya juga hampir sama. Bahkan ada beberapa jenis sayuran jepang yang lebih rendah biaya produksinya mengingat sayuran ini lebih cepat panen. Rasa sayuran jepang juga lebih enak dari sayuran lokal.
Sepulangnya dari Jepang, Tatan membawa oleh-oleh dari magang di Jepang berupa bibit asparagus dan bayam jepang (horenso). Ia berpikir lahan di Lembang sangat mendukung untuk menanam asparagus dan bayam jepang, dan setelah dicoba ternyata hasilnya cukup memuaskan. Ia pun menggerakkan petani di sekitar lingkungannya untuk membudidayakan asparagus dan bayam jepang di lahan seluas setengah hektare milik para petani. Kini Tatan juga menanam sayuran jepang selain asparagus dan bayam jepang dengan total lahan saat ini seluas 5 hektare (ha), dimana 2 ha merupakan milik sendiri dan sisanya bermitra dengan petani setempat, dengan membeli hasil panen dari petani tersebut.
Modal awal sekitar Rp10 juta digunakan untuk membeli kebutuhan benih sekitar 1 kg dan bahan pendukung lain seperti pupuk. Saat itu harga benih asparagus mencapai Rp200.000 per 20 gram dan bayam jepang Rp80.000 per 10 gram. Bahan lain seperti pupuk diperoleh dari kotoran domba/ayam dari para peternak di daerah tempat tinggalnya.
Harga benih sayuran Jepang cukup mahal karena benih masih harus impor. Karena itu, Tatan juga berupaya membibitkan jenis sayuran jepang nonhibrida seperti terong jepang (nasubi), asparagus jepang, tomat jepang dan lainnya.
Menurut Tatan, peluang budidaya sayuran jepang masih sangat terbuka lebar, mengingat karena kebutuhan sayuran jepang semakin tinggi. Apalagi masyarakat cenderung lebih menyukai berbelanja di pasar modern.
Selain harganya yang sangat menguntungkan, sayuran jepang lebih potensial dibudidaya di daerah iklim tropis seperti Indonesia karena bisa dipanen sepanjang tahun. Masa panen sayuran jepang di daerah iklim tropis juga lebih cepat ketimbang di daerah subtropis. Jika ditanam di daerah subtropis, sayuran jepang tidak bisa dipanen sepanjang tahun karena terkendala pergantian musim.