Metode Budidaya Jenuh Mampu Pacu Produksi Kedelai Lokal

Pertanianku – Kebutuhan akan kedelai di Indoensia memang terbilang cukup tinggi. Bahkan, produksi kedelai lokal hingga kini belum mampu memenuhi tingginya kebutuhan tersebut. Untuk memenuhinya, pemerintah biasanya melakukan impor kedelai dari beberapa negara. Bisa dikatakan bahwa pemerintah menggantungkan kedelai impor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Untuk mengatasi ketergantungan impor, pemerintah harus mendorong produksi kedelai lokal melalui metode budidaya jenuh.

Pengamat Agribisnis F. Rahardi menyebutkan, impor kedelai tetap perlu karena produsen tempe akan memilih kedelai impor yang bisa menghasilkan volume tempe lebih besar. Sebaliknya, produsen tahu memilih kedelai lokal karena volume tahu yang dihasilkan juga lebih tinggi. Jadi, kedelai lokal dan impor sama-sama diperlukan. “Yang menjadi masalah, Pemerintah Indonesia membiarkan impor berjalan terus demi “amplop” dari importir,” jelasnya.

Prospek usaha budidaya kedelai masih bagus ke depan. Apalagi sampai saat ini Indonesia masih mengimpor kedelai, terutama dari Amerika Serikat sekitar 1,3 juta ton per tahun.

Didik Harnowo, Kepala Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi) Malang menambahkan peluang budidaya kedelai (soybean, soya bean, Glycine max), menjadi semakin besar setelah harga kedelai impor lebih tinggi dibanding kedelai lokal. Dulu, kedelai impor bisa dijual dengan harga Rp3.000 per kilogram (kg). Bahkan, saat ini harga kedelai impor mencapai Rp8.000 per kg. Hal ini membuat peluang budidaya kedelai menjadi semakin menarik.

Guna meningkatkan produktivitas kedelai bisa pula menggunakan teknik baru yang telah diteliti oleh Munif Ghulamahdi, MS, Peneliti Dept. Agronomi & Hortikultura IPB, yakni dengan metode budidaya jenuh air. Pada teknik ini tanaman kedelai diberi air terus- menerus sejak tanam sampai panen dengan kedalaman muka air 20 cm dari permukaan tanah sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air. Cara ini sangat sesuai jika diterapkan di lahan pasang surut karena intensitas cahayanya tinggi dan air relatif cukup.

Jika kesuburan tanah diperbaiki dengan pemupukan, jumlah polong kedelainya akan banyak dan produktivitas tinggi. Cara tersebut mudah diterapkan dengan cara membuat alur tanam setiap lebar bedengan 4 m. Bedengan terbentuk karena alur tanam dengan ukuran lebar 30 cm dan dalam 25 cm dapat menggunakan bajak traktor atau kerbau. Adapun beberapa varietas kedelai yang bisa diterapkan dengan metode jenuh air, yakni varietas kedelai kuning untuk tahu dan tempe (tanggamus dan anjasmoro), sedangkan kedelai hitam untuk kecap (cikuray, ceneng, dan detam).

Beberapa manfaat yang didapat dari budidaya jenuh air antara lain dapat meningkatkan produktivitas sampai 4 kali produktivitas rata-rata nasional jika SOP (Standard Operational Procedure) tepat, meningkatkan indeks pertanaman yang awalnya satu kali tanam menjadi dua kali atau tiga kali tanam, dan akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

Cara ini sudah diterapkan di lahan petani dalam bentuk demplot luasan 2,5 ha di Desa Banyuurip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan dan 5 ha lahan di Desa Harjosari, Kecamatan Braja Selabah, Kabupaten Lampung Timur. Cara ini sesuai untuk diterapkan di lahan pasang surut yang banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Papua.