Pertanianku – Indonesia merupakan salah satu negara yang tingkat konsumsi ikannya cukup tinggi. Salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi adalah ikan bandeng. Bahkan, ikan bandeng turut mendukung ketahanan pangan dan peningkatan gizi di masyarakat.
Itu sebabnya, buddiaya bandeng banyak dilakukan mengingat tingkat permintaannya yang semakin banyak. Bahkan, untuk membudidayakannya kini terdapat beberapa metode yang bisa diterapkan. Salah satunya adalah penerapan metode pen culture yang dinilai mampu meningkatkan produksi ikan bandeng. Sistem ini telah banyak diterapkan di Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Budidaya dengan sistem pen culture adalah cara budidaya ikan yang menggunakan wadah budidaya berupa jaring dengan ukuran mata jaring tertentu yang dipasang mulai dasar perairan dengan ketinggian tertentu di atas permukaan air. Di lokasi dengan luas hampir 100 ha tersebut, para pembudidaya melakukan usaha budidaya bandeng, untuk memanfaatkan perairan kosong dan sekaligus meningkatkan pendapatan. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, cukup terkesan dengan semangat para pembudidaya bandeng tersebut.
“Dengan sistem pen culture, masyarakat mengelola perairan yang tidak produktif menjadi lebih produktif. Rerata per hektar menghasilkan 7—8 ton bandeng, ukuran 4—6 ekor per kg. Harga jualnya pun cukup tinggi, yaitu Rp16.000 per kg. Cara panennya pun bisa dilakukan secara parsial, yaitu mulai umur 6 bulan. Jadi setelah umur 6 bulan, pembudidaya sudah dapat mengambil hasil usahanya,” kata Slamet.
Lebih lanjut menurut Slamet, usaha budidaya bandeng di wilayah Semarang pun ternyata telah mampu meningkatkan taraf hidup para pembudidaya dan sekaligus mampu menggerakkan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
“Ini sebagai bukti bahwa perikanan budidaya yang mandiri akan mampu meningkatkan kesejahteraan pembudidaya. Dan budidaya yang berkelanjutan seperti sistem pen culture ini, akan selalu dapat berjalan dan berkembang,” papar Slamet.