Pertanianku — Sagu termasuk makanan pokok di Indonesia, terutama di bagian Indonesia Timur. Komoditas perkebunan ini sebenarnya menyimpan potensi yang besar apabila dikelola dengan benar. Sagu bisa diolah menjadi mi, beras, tepung, kue camilan, dan lainnya. Hasil olahan sagu tersebut memiliki nilai ekonomi jika dikembangkan dengan serius. Seperti mi sagu yang diproduksi oleh PT Sahabat Mitra Strategi dan diberi nama SagoMee yang berhasil dikenal sampai ke pasar luar negeri.

Direktur PT Sahabat Mitra Strategi, Nurhaeda, bekerja sama dengan pabrik pengolahan sagu di Provinsi Bangka Belitung untuk mengembangkan produk olahan sagu untuk pasar domestik dan ekspor.
“Saya berasal dari tanah Luwu, Palopo, SulSel. Kami dari kecil sudah mengenal sagu tapi dikonsumsi dengan cara lain. Dan sagu ini mengingatkan akan sosok almarhum Bapak kami, yang terkena stroke akibat komplikasi jantung dan diabetes, bisa survive selama 20 tahun setelah terkena stroke karena konsumsi olahan sagu ini. Hal inilah yang menginsipirasi saya mengembangkan sagu,” ungkap Nurhaeda seperti dilansir dari laman ditjenbun.pertanian.go.id.
Produk SagoMee dan beras sagu yang dihasilkan olehnya mulai dipromosikan ke beberapa negara, seperti Rusia, Kairo, Masir, acara OIC Halal di Turki, dan lain-lain. Promosi tersebut bertujuan mengenalkan sagu Indonesia kepada dunia.
“Dukungan support untuk promosi dan pemasaran internasional yang difasilitasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementan, salah satunya Russia Halal Expo di tahun 2021, bulan Juli di Kazan Expo, Kazan Republik Tartastan, di mana MoU dengan potential buyer dan nilai transaksi USD720.000 per tahun,” terangnya.
Masih banyak event internasional lainnya yang diikuti oleh mi sagu asal Indonesia ini. Nurhaeda berharap produk olahan sagu asal Indonesia semakin terkenal di luar negeri.
“Ke depannya saya berharap semoga beras sagu dan SagoMee, hasil olahan sagu Indonesia semakin dikenal dan diminati dunia, terkenal dengan cita rasa mutu kualitas yang baik dan berdaya saing,” tuturnya.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc. berharap ke depannya ada kolaborasi yang dapat mempererat pelaku usaha, eksportir, dan petani sagu. Dengan begitu, branding dan akses pasar olahan sagu di dunia internasional dapat meningkat seiring dengan meningkatnya prevelensi konsumen dunia terhadap produk pangan rendah kalori, rendah indeks glikemik, dan menyehatkan.