Pertanianku – Setelah sekitar setengah abad berjaya sebagai pendorong pertumbuhan (growth promoter) pada hewan ternak, dominasi antibiotik kelihatannya akan usai. Sudah semakin banyak ditemukan alternatif potensial sebagai promoter pertumbuhan hewan ternak, salah satunya minyak atsiri.
Penggunaan antibiotik dosis rendah (subtherapeutic dose) sebagai promoter pertumbuhan pada hewan ternak dimulai di Amerika Serikat tahun 1950. Sebagai bahan tambahan dalam pakan, antibiotik dapat menaikkan tingkat pertumbuhan dan efisiensi pakan pada hewan ternak. Klaim tentang manfaatnya termasuk peningkatan kualitas daging, yakni kadar lemak lebih rendah dan kadar protein yang lebih tinggi. Juga pengendalian terhadap patogen Salmonella, Compylobakter, Escherichia coli dan lainnya yang juga patogen bagi manusia.
Reaksi kontroversial kemudian bermunculan di mancanegara tentang dampak negatif penggunaan antibiotik, yakni karena residu antibiotik pada produk ternak pangan dan menimbulkan resistensi pada mikroba patogen pada ternak yang juga patogen bagi manusia. Apalagi oleh penggunaan berlebihan antibiotik dalam suatu jangka waktu tertentu. Ini bisa mengancam kesehatan manusia dan menjadikan antibiotik tidak lagi mempan sebagai obat untuk hewan maupun manusia. Oleh sebab itu, penggunaan antibiotik sebagai promoter pertumbuhan harus dibatasi atau dihentikan, diganti dengan bahan-bahan lain.
Di antara pelopor pembatasan bahkan penghentian antibiotik sebagai promoter pertumbuhan negara-negara di Eropa. Dimulai dengan pelarangan penggunaan avoparcin oleh Swedia pada 1986, beberapa negara lainnya menyusul pada 1997 Uni Eropa secara resmi melarangnya.