Minyak Nabati Asal Kotabaru Berhasil Diekspor Ke Malaysia dan Ukraina

PertaniankuMinyak nabati merupakan produk olahan kelapa sawit yang saat ini baru saja berhasil diekspor ke dua negara tujuan ekspor baru, yaitu Malaysia dan Ukraina. Ekspor ini merupakan kali pertama yang dilakukan produsen minyak nabati asal Kotabaru.

minyak nabati
foto: pixabay

Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Banjarmasin memberikan fasilitas ekspor untku 26,9 ribu ton minyak kelapa sawit Kalimantan Selatan senilai Rp386,86 miliar.

“Melalui serangkaian tindakan karantaan pertanian, komoditas kami nyatakan telah sesuai dengan aturan dan protokol ekspor negara tujuan dan siap diberangkatkan,” ujar Kepala Karantina Pertanian Banjarmasin, Nur Hartanto seperti dilansir dari laman karantina.pertanian.go.id.

Para petugas karantina pertanian di wilayah Pelabuhan Batu Licin telah melakukan serangkaian pemeriksaan selama karantina dan menyatakan bahwa komoditas tersebut aman dan sehat dengan menerbitkan sertifikasi ekspor karantina, phytosanitary certificate.

PT SPO, selaku pemilik komoditas berhasil mengekspor produk tersebut sebanyak 19 kali pengiriman dengan total nilai ekspor mencapai Rp881,98 miliar dengan negara tujuan Tiongkok, Vietnam, Korea Selatan, Filipina, Thailand, dan Turki.

Jumlah ekspor yang berhasil dilakukan pada tahun ini terbilang cukup meningkat jika dibandingkan dengan jumlah ekspor yang dialami tahun kemarin pada periode yang sama.

“Untuk itu, kami optimis kinerja ekspor pertanian Kalsel dapat mencapai 20 persen sesuai dengan skema target Gratieks yang telah ditetapkan,” kata Hartanto.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil mengapresiasi pencapaian yang telah didapatkan oleh komoditas unggulan asal Kalimantan Selatan. Barantan bersama instansi terkait dan perwakilan negara tersebut secara aktif terus melakukan diplomasi pertanian agar kerja sama antara kedua negara terus terjalin baik. Dengan begitu, diharapkan akan ada banyak komoditas pertanian asal Indonesia yang bisa diserap oleh negara tujuan ekspor.

“Harmonisasi aturan dan protokol ekspor pertanian menjadi fokus diplomasi, harapannya makin banyak ragam komoditas pertanian tanah air yang dapat diterima di negara tujuan ekspor. Dan kami siap mengawal,” pungkas Jamil.