Pertanianku — Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Kondisi kekurangan zat gizi tersebut dapat mengganggu pertumbuhan pada anak, seperti tinggi badan anak menjadi lebih rendah dari standar usianya. Salah satu upaya yang tengah dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan gizi ini adalah dengan memodifikasi pangan lokal.

Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012, pangan lokal merupakan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Artinya, pangan tersebut diproduksi, dipasarkan, dan dikonsumsi dengan memaksimalkan sumber daya setempat.
Periset dari Pusat Teknologi Agroindustri (PTA), Retno Windaya, mengatakan, setiap daerah pasti memiliki pangan lokal atau makanan tradisional. Makanan tersebut menggunakan bahan pangan yang mudah didapatkan dari lingkungan di sekitar. Kuliner tersebut sering dimasak dengan cara tertentu sehingga memiliki rasa yang khas sesuai selera masyarakat setempat.
“Masalahnya, mayoritas pangan lokal masih belum memenuhi kebutuhan gizi seimbang,” ujar Retno seperti dilansir dari laman indonesia.go.id.
Retno mengatakan, masalah pada pangan lokal bukan hanya ketersediaan yang terbatas, melainkan juga keanekaragaman pangan. Seperti yang terjadi pada pangan lokal di daerah pesisir yang sering mengandung tinggi protein, tetapi kalorinya rendah. Sebaliknya, masyarakat di daerah pertanian mungkin mengonsumsi asupan yang kalorinya tinggi, tetapi asupan proteinnya rendah. Itu sebabnya diperlukan adanya modifikasi pangan lokal untuk menyeimbangkan gizi pada asupan.
“Memodifikasi pangan lokal agar memenuhi kebutuhan gizi seimbang pada daerah locus stunting menjadi strategi yang efektif dalam upaya pencegahannya. Hal ini jauh lebih mudah karena kita hanya menambahkan bahan pangan/zat gizi yang kurang pada pangan lokal, di mana organoleptik atau rasa sudah disukai oleh masyarakat setempat,” terang Retno.
Beberapa modifikasi makanan daerah locus stunting yang sudah ada adalah sate gogos tempe dari Sulawesi Tenggara, garang asem ceker dari Banten, dan sate pusut tempe ikan (Nusa Tenggara Barat). Selanjutnya, dari Nusa Tenggara Timur adalah kudapan jagung bose, tahu telur jamur bumbu pelepah, bebalung kacang, dan ikan kuah asam. Sementara itu, di Kalimantan Selatan ada soto banjar ceker, ketupat kandangan, dan patin baubar daun ubi.