Morfologi Kara Pedang si Pengganti Kedelai

Pertanianku — Tanaman kara pedang cukup banyak ditanam untuk dimanfaatkan bijinya. Biji kara pedang sering digunakan sebagai bahan baku pengganti kedelai untuk tahu dan tempe. Berikut ini morfologi kara pedang yang masih berkerabat dengan buncis ini.

morfologi kara pedang
Foto: instagram kebonanmasuntung

Kara pedang merupakan tanaman merambat. Ia bisa merambat hingga mencapai panjang 10 meter. Batang yang tadinya merambat akan berubah menjadi berkayu. Tanaman ini membelit atau setengah membelit dengan batang pendek kekar, meskipun ada pula yang panjang besar.

Kara pedang merupakan tanaman semak. Jika dibudidayakan, ia akan diberi kayu penyangga. Namun jika tumbuh liar, biasanya ia akan menutupi permukaan tanah.

Percabangan kara pedang tumbuh pada buku terendah. Beberapa cabang sekunder juga tumbuh. Permukaan batang kara ini berwarna hijau dan memiliki bulu.

Daun tanaman polong ini bertangkai. Setiap daun memiliki tiga helai anak daun. Daunnya sendiri tergolong jenis daun majemuk. Ia tumbuh berselang-seling.

Pangkal daun membulat dan tepi daun rata. Daun kara pedang memiliki bulu dan berwarna hijau. Ukurannya sendiri bisa mencapai 15 cm dengan diameter 10 cm.

Bagian bunga dari tanaman kara pedang ini tergolong bunga mejmuk. Bunga tersebut tumbuh di ketiak daun. Panjang bunga bisa mencapai 7,5—20 cm. Mahkota bunga berbentuk kupu-kupu. Warna bunga ini adalah merah muda, ungu, dan kadang-kadang putih. Panjang mahkota bunga bisa mencapai 2—4 cm.

Buah tanaman ini berbentuk polong. Bentuk polong yang dihasilkan adalah lonjong. Biji dari kara pedang berbentuk lonjong. Ia terpampat ke bagian samping buah. Warna bijinya putih sampai putih gading. Ia memiliki hilum berwarna cokelat dengan panjang 6—9 mm.

Satu polong kara pedang biasanya berisi 20 biji. Panjang biji umumnya mencapai 2,5 cm. Biji tersebut mengandung asam sianida yang bisa membahayakan kesehatan. Dalam jumlah tertentu, sianida mampu menyebabkan kematian.

Jika hendak diolah, kara pedang haruslah dihilangkan kandungan asam sianidanya. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan mencuci kara. Kemudian, kara direbus hingga mendidih. Kara yang telah direbus masih harus direndam selama satu hingga dua hari dan dicuci kembali.

Biasanya, kandungan sianida akan lebih tinggi pada kara pedang jenis bakul. Sementara, kara pedang jenis parasman tidak perlu direndam selama dua hari terlebuh dahulu.

Tanaman ini bisa tumbuh di ketinggian 1.000 mdpl. Tanaman kara pedang banyak ditemui di daerah Jawa Barat untuk jenis kara parasman. Di daerah Jawa Tengah, kara pedang yang biasa ditanam adalah jenis kara bakul.