Pertanianku – Bawang putih atau yang memiliki nama ilmiah Allium sativum merupakan tanaman yang biasa dan banyak ditanam di dataran tinggi. Namun, saat ini budi daya bawang putih banyak dilakukan di dataran rendah. Lahan penanamannya adalah sawah yang habis ditanami padi. Hasilnya cukup baik, walau tak sebaik produksi di dataran tinggi. Kuncinya adalah pemilihan jenis bawang yang cocok untuk dataran rendah.
Salah satu kendala dalam budi daya bawang putih dataran rendah adalah bila tak terpenuhinya cuaca yang sejuk dan kering saat pembentukan umbi. Untuk mengakalinya, bawang putih ditanam pada bulan-bulan tertentu, seperti Mei, Juni, atau Juli. Menanam pada musim hujan tak dianjurkan. Ini karena tanah jadi terlalu basah dan temperaturnya tak baik untuk pertumbuhan umbi.
Tanah yang disukai bawang putih pH-nya 6,5–7,5. Oleh karena itu, untuk tanah yang asam harus diberi kapur dahulu hingga mendekati netral. Berikut cara mudah budi daya bawang putih.
- Pembibitan
Hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai budi daya bawang putih adalah mencari bibit. Bibit yang baik penting untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang tinggi. Sebaiknya, dalam mencari bibit bawang putih harus memenuhi kriteria-kriteria berikut.
- Bagian pangkal batang padat (berisi penuh dan keras).
- Siung berpenampilan licin dan tegar, tidak kisut.
- Tunas terlihat segar bila siung dipatahkan.
- Berat siung sekitar 1,5—3 g, bentuk normal.
- Bebas hama dan penyakit.
Bila bibit yang digunakan beratnya 3 g/siung, kebutuhan per hektarenya adalah 1.600 kg. Sementara itu, untuk ukuran siung yang kecil (sekitar 1 g) menghabiskan 670 kg/ha.
Meskipun yang ditanam sebagai bibit adalah siung, kita sebaiknya membeli bibit dalam bentuk umbi. Hal itu disebabkan bawang putih dalam bentuk umbi lebih tahan lama daripada bentuk siung. Umbi boleh dipecah menjadi siung paling tidak 1—2 hari sebelum tanam.
2. Penanaman
Sawah yang sudah ditanami padi adalah lahan yang cocok untuk bawang putih dataran rendah. Petani memang sering menyeling penanaman sawahnya. Bila sawah ingin ditanami palawija juga, pola tanam yang dianjurkan adalah padi–bawang putih–jagung–padi–bawang putih.
Sebelum penanaman, lahan diolah terlebih dahulu. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila pH kurang dari 6, dosis kapurnya sekitar 1—2 ton/hektare.
Seandainya bekas panen pada sawah masih ada, perlu dibersihkan. Setelah dibersihkan, buat bedengan yang lebarnya 80—120 cm dan tingginya 40 cm. Panjang bedengan bisa disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antarbedengan antara 10—20 cm. Nantinya, ini akan berguna sebagai saluran air dan tempat lalu lalang saat melakukan pemeliharaan atau panen.
Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus dibajak atau dicangkul hingga benar-benar gembur. Jika tidak gembur, bisa berakibat fatal pada produksi. Seperti diketahui, bawang putih adalah tanaman yang dipanen umbinya. Prinsip budi daya yang diterapkan adalah mengupayakan semaksimal mungkin pertumbuhan umbi tersebut. Tanpa tanah yang gembur umbi akan sulit berkembang.
Setelah tanah gembur, dilanjutkan dengan ukuran siung benih yang dipakai. Siung besar membutuhkan jarak tanam renggang sekitar 15×10 cm. Untuk pembibitan, digunakan jarak tanam 10×10 cm. Posisi siung saat ditanam harus tegak. Kedalamannya 5—7 cm dari permukaan tanah.
3. Pemeliharaan
Mulsa perlu diberikan setelah bibit ditanam. Mulsa yang murah adalah alang-alang atau jerami padi. Tutupi bedengan dengan mulsa secara merata setebal 3 cm.
Gulma secara tak langsung sudah terhalang pertumbuhannya dengan adanya mulsa. Akan tetapi, gulma yang tumbuh di saluran air atau sela-sela mulsa tetap perlu dicabut. Apabila areal pertanaman bawang putih cukup luas, gulma dapat diberantas dengan herbisida TOK 50 WP.
Saluran air yang dibuat perlu dialiri agar tanaman tumbuh baik. Bila musim hujan, penyiraman hanya dilakukan saat tampak kekurangan air. Saat musim kemarau perlu pengairan sendiri yang intensif. Caranya dapat dengan melakukan penyiraman ke bedengan pertanaman ataupun dengan penggenangan saluran-saluran air.
4. Pemupukan
Lahan seluas satu hektare membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10—20 ton. Pemberiannya cukup dengan cara mencampurkan secara merata pada bedengan. Pemberian pupuk kandang umumnya pada saat pengolahan tanah atau sebelum tanam.
Tambahan pupuk kimia, seperti Urea, TSP, dan ZK 200 kg per hektare. Pemberian dilakukan secara bertahap, yakni saat tanaman berumur 15, 30, dan 40 hari.
5. Panen
Bila bawang putih ditanam sekitar Mei—Juli, pada Agustus—Oktober sudah dapat dipanen. Panen dilakukan saat tanaman berumur 90—120 hari dari saat tanam.Ciri bawang putih siap panen terlihat pada daunnya yang menguning atau kering serta tangkai batang yang mengeras. Bila ciri-ciri ini terlihat sudah 50% dari total tanaman, panen dapat dilakukan.
Panen dilakukan dengan cara mencabut semua bagian tanaman. Di sentral produksi bawang putih, panen biasa dilakukan dengan serombongan tenaga kerja yang terkoordinir. Tujuannya, agar panen tak memakan waktu terlalu lama dan hasil per petak atau per hektarenya segera diketahui. Kebanyakan petani mengumpulkan bawang putih dalam bentuk ikatan-ikatan. Satu ikat biasanya terdiri atas 30 tangkai.
Akar dan daun dibuang dengan menyisakan pangkal daunnya. Selanjutnya, tindakan pascapanen dilakukan agar pangkal daun menjadi kering. Untuk ini, dilakukan penjemuran selama 15 hari. Sinar matahari terik tidak boleh langsung mengenai umbi bawang putih. Oleh karena itu, lebih baik dijemur di teritisan rumah atau tempat terlindung. Pada malam hari umbi diletakkan di tempat terlindung.
Setelah kering umbi diletakkan di para-para bambu atau gudang yang baik. Sebaiknya gudang difumigasi dahulu agar bebas hama. Pestisida photoxin 55% bisa disemprotkan sebagai fumigan.