Musim Hujan Tiba, Petani Wajib Waspada Beberapa Penyakit Kakao

Pertanianku — Saat musim hujan tiba, pohon kakao cukup rentan terkena beberapa penyakit. Penyakit kakao tersebut biasanya disebabkan oleh tingkat kelembapan di perkebunan yang cukup tinggi. Berikut ini beberapa penyakit kakao yang wajib diwaspadai ketika musim hujan tiba.

penyakit kakao
foto : Pertanainku

Penyakit jamur upas

Penyakit jamur upas atau pink disease merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur basidiomycetes. Jamur tersebut memiliki beberapa pohon inang, seperti kopi, kakao, karet, teh, kina, dan beberapa tanaman keras lainnya. Tanaman yang terinfeksi jamur ini dapat mengalami kematian, apalagi jika terjadi di pangkal batang dengan intensitas serangan yang tinggi.

Tanaman berusia 2—6 tahun yang terserang penyakit ini dapat mengalami hambatan dalam pertumbuhan sehingga bisa menyebabkan kerugian bagi para petani.

Penyakit jamur upas dapat muncul ketika kondisi kelembapan perkebunan cukup tinggi, sekitar 96—100 persen atau ditemukannya titik air di perkebunan. Biasanya, kondisi tersebut terjadi ketika cuaca sedang lembap atau mendung dengan curah hujan yang relatif tidak tinggi tapi merata di sepanjang hari.

Penyakit ini bisa diatasi dengan manajemen pengelolaan kebun yang tepat, melakukan pemotongan pada cabang yang sudah terinfeksi lalu dibakar, membersihkan miselium pada gejala awal, memelihara pohon naungan dengan baik agar kondisi kebun tidak lembap, dan mengaplikasikan fungisida tridemorf atau tambahan dengan konsentrasi 10 persen.

Penyakit busuk buah kakao

Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophtora palmivora. Jamur tersebut dapat menyerang seluruh bagian tanaman, mulai dari daun, pangkal batang, batang, ranting, pucuk, bantalan bunga, hingga buah kakao.

Serangan jamur P. palmivora bisa menjadi semakin parah di daerah yang memliki intensitas curah hujan yang tinggi. Serangan jamur tersebut dapat menurunkan hasil produksi kakao dunia sebesar 10—30 persen dan menghilangkan hasil produksi kakao di Indonesia sebanyak 15—53 persen.

Penyakit ini sangat sulit dikendalikan sehingga lebih baik dilakukan tindakan pengendalian daripada harus mengobati tanaman yang sudah terinfeksi. Pengendalian penyakit bisa dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun, pemangkasan pohon, pemanfaatan mikroorganisme antagonis, penggunaan fungsida nabati, dan penggunaan asap cair.