Nanobiopestisida, Solusi Ramah Lingkungan untuk Padi Indonesia

Pertanianku — Tantangan terbaru bagi pertanian Indonesia adalah kondisi iklim yang sudah mulai ekstrem dan kondisi tanah yang kian memburuk akibat penggunaan bahan kimia yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal tersebut menjadi perhatian bagi para pelaku pertanian, seperti Balitbangtan. Kini, Balitbangtan merilis nanobiopestisida yang bisa digunakan oleh para petani padi tanpa perlu khawatir merusak tanah.

nanobiopestisida
foto: pexels

Indonesia merupakan negara yang menjadikan padi sebagai pangan utama sehingga produksi padi dalam negeri harus selalu ditingkatkan. Peningkatan produksi padi ini tentu diiringi dengan peningkatan penggunaan bahan penunjang penghasil padi seperti pupuk dan pestisida. Selama ini, para petani konvensional masih menggunakan berbagai macam pupuk dan pestisida berbahan kimia.

Minimnya pengetahuan membuat para petani sering salah dalam menggunakan bahan kimia tersebut, kadang tak mengikuti anjuran dosis yang sudah tertera pada kemasan. Hal tersebut sering dilakukan pada penggunaan pupuk dan pestisda.

Padahal, penggunaan secara berlebihan dapat merusak keseimbangan ekosistem alam serta memperbesar biaya produksi. Pestisida dan pupuk yang terbawa oleh air hingga sampai ke pemukiman dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar.

Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) turut berkontribusi untuk meminimalisir kondisi tersebut dengan mengembangkan teknologi pestisida yang bersifat ramah lingkungan. Dilansir dari litbang.pertanian.go.id, nanobiopestisida besutan balitbangtan terbuat dari bahan baku alami yakni minyak atsiri sereh wangi dan ekstrak tanaman yang diolah dengan pendekatan nanoteknologi.

Minyak atsiri dihasilkan dari proses penyulingan beberapa bagian tumbuhan seperti daun, batang, dan bunga. Minyak atsiri selain ramah lingkungan, juga memiliki aroma yang harum dan berbeda-beda, bergantung pada jenis tanaman yang digunakan.

Selain aroma, minyak atsiri juga mengandung senyawa aktif monoterpene dan fenol yang mampu melumpuhkan hama. Senyawa tersebut sudah terbukti ampuh untuk mengusir serta menghambat pertumbuhan hama yang menyerang tanaman petani.

Namun, kendala yang kerap dialami oleh para pengguna nanobiopestisida ini adalah efektivitas serta rendahnya stabilitas sehingga membutuhkan bahan yang sangat banyak. Untuk mengatasi hal tersebut, para peneliti Balitbangtan menggunakan nanoteknologi untuk meningkatkan efisiensi biopestisida ini.

Hasilnya, biopestisida ini menjadi lebih stabil dengan ukuran yang nano. Keunggulan lainnya adalah mudah larut dalam air. Penggunaannya pun sederhana, hanya perlu menyemprotkannya ke bagian pangkal batang tanaman padi. Hasil uji coba dari biopestisida ini berhasil meningkatkan mortalitas (kematian) hama wereng coklat hingga sebesar 77—100 persen dengan dosis 10—100 persen.