Pertanianku — Selama ini bagian daging buah pala sering terbuang begitu saja menjadi limbah. Padahal, porsi daging buah pala mencapai lebih dari 80 persen bobot buah. Limbah pala masih bisa diolah menjadi produk bernilai ekonomi seperti minuman. Melansir dari Majalah Trubus Edisi 613, Saleh Brik Zulkarnain mengolah daging buah pala menjadi sirop, minuman saji, dan ekstrak pala.

Produk ekstrak pala telah diekspor hingga ke Belanda. Untuk produk sirop pala, Saleh dapat menjual hingga 2.500 botol berukuran 630 ml dengan harga Rp28.000. Setiap bulannya ada 1.000 kg buah pala yang diolah menjadi berbagai produk. Sebelum pandemi, Saleh dapat mengolah hingga 2.300 kg pala per bulan.
Sirop pala lebih bagus dibuat dari campuran buah pala yang masih muda dan tua. Bila jumlah buah tua digunakan terlalu banyak, warna sirop akan menjadi terlalu pucat. Bagian yang dimanfaatkan hanya bagian dagingnya, sedangkan biji dan fuli dijual kepada pengepul.
Proses pembuatan sirop daging buah pala tergolong sederhana. Buah pala hanya perlu dikupas, lalu dibersihkan dan dicincang kasar. Selanjutnya, tambahkan air lalu lumat dengan blender. Hasil blender tersebut perlu disaring sebelum direbus dan ditambahkan gula. Setelah itu, dinginkan air rebusan tersebut, tambahkan pengawet, lalu kemas.
Meskipun terbilang sederhana, Saleh memerlukan waktu selama empat tahun untuk menemukan formula yang tepat. Salah satu bagian penting dari proses pembuatan sirop adalah menentukan proporsi buah muda dan buah tua. Saleh harus menjaga rasa dan aroma sirop dengan menggunakan formula yang tepat secara kontinu. Pasalnya, rasa sirop bisa berubah-ubah bergantung pada pasokan buah.
Salah satu kunci keberhasilan Saleh dalam berbisnis olahan daging pala adalah mempertahankan ciri khas produknya. Berbeda dengan beberapa produk sirop yang ada di pasaran. Produk sirop buatan Saleh menggunakan buah asli, pemanisnya pun 100 persen gula pasir tanpa pemanis sintetis. Dari perniagaan olahan limbah pala, Saleh dapat mengantongi omzet mencapai Rp70 juta per bulan.