Pertanianku — Salah satu kendala yang sering dialami oleh petani di Indonesia adalah kesulitan sumber air. Hal ini bisa membuat petani merugi karena produksi menurun. Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merakit padi gogo untuk digunakan oleh petani di kawasan yang sulit air.

Dilansir dari litbang.pertanian.go.id, Pandu, petani asal Ciomas, Kabupaten Bogor, memulai menanam padi gogo di lahan seluas satu hektare untuk mengatasi permasalahan sumber air. Satu-satunya saluran irigasi yang tersedia sudah digunakan untuk saluran rumah tangga. Saluran tersebut tidak bisa digunakan untuk mengairi sawah.
“Kontinuitas air di tempat saya tidak stabil dan kualitas air yang ada tidak seperti air irigasi, melainkan saluran rumah tangga sehingga tidak cocok untuk padi sawah,” ujar Pandu seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.
Pandu menggunakan varietas padi gogo Bio Patenggang dan Bio Bestari. Dua varietas tersebut sama-sama merupakan produk besutan Balitbangan yang sudah dilepas sebagai varietas unggul baru pada 2018 dan 2020.
Pada awalnya, Pandu merupakan petani buah dan sayur yang sudah berniat ingin menanam padi. Penanamannya dilakukan dengan tumpang sari antara padi dan pisang. Jika percobaan tersebut berhasil, Pandu juga bisa memanfaatkan jerami sekam dan buah di lahan pertanian miliknya.
“Jeraminya nanti akan saya jadikan sebagai mulsa organik. Sementara, sekamnya akan saya jadikan pestisida organik,” papar Pandu.
Padi gogo merupakan varietas turunan esensial dari varietas Situ Patenggang yang sudah diterima oleh para petani, khususnya petani di Jawa Barat. Perbedaan antara padi gogo dan Situ Patenggang adalah ketahanannya terhadap penyakit blas.
Sebenarnya, padi gogo Bio Patenggang memiliki tingkat produksi yang lebih bagus karena pengendalian hamanya dilakukan secara organik sehingga petani tidak memerlukan pestisida yang bisa memberatkan biaya produksi.
Sementara itu, padi Bio Bestari yang juga digunakan oleh Pandu memiliki keunggulan produktivitas dengan rata-rata 5,8 ton/hektare dengan hasil produksi sekitar 7,5 ton/hektare. Selain itu, varietas ini juga tahan terhadap penyakit hawar daun, penyakit blas, toleran terhadap racun aluminium, serta toleran kekeringan.