Pertanianku – Percaya atau tidak, 70% dari komponen biaya produksi pada budidaya lele adalah pakan. Hal itu tak lepas dari semakin mahalnya salah satu bahan utama pakan pabrik, yakni tepung ikan. Harga pakan pabrik saat ini mencapai Rp10.000/kg.
Akhirnya, kondisi itu memaksa peternak mencari alternatif dengan membuat pakan sendiri. Pakan buatan itu memakai bahan-bahan seperti dedak halus (bekatul), ampas tahu, jagung giling, dan tepung tapioka yang dikombinasi dengan ayam tiren atau ikan rucah sebagai sumber protein hewani. Pakan buatan itu juga diberi tambahan vitamin mix.
A. Pakan Pabrik vs Pakan Handmade
Meski biaya pembuatan lebih murah daripada pakan pabrik, tetapi kontinuitasnya sulit terjamin. Selain itu, kesulitan lainnya adalah mempertahankan kandungan gizi dan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Hal itu disebabkan kandungan pakan berubah-ubah tergantung ketersediaan bahan baku. Maryoto, pembudidaya di Sleman, Yogyakarta, menuturkan pada satu waktu pakan buatan memang dapat setara dengan pakan komersial dalam memacu pertumbuhan lele. Namun, sering kali justru pertumbuhannya lambat karena pembudidaya tidak memiliki standardisasi pembuatan pakan itu sendiri. Akhirnya, Maryoto kembali menggunakan pakan komersial yang gizi dan nutrisinya sudah terjamin.
B. FCR
Feed convertion ratio atau FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diperlukan untuk menghasilkan bobot 1 kg. Berdasarkan pengalaman di lapang, pertumbuhan lele akan optimal dengan pelet yang mengandung protein minimal 32%. Hal itu serupa dengan pakan produksi PT CMK yang kadar proteinnya 32—33%. Dengan kadar protein 32%, efisiensi konversi pelet terhadap bobot lele mencapai 90—95%. Artinya, feed convertion ratio (FCR) atau angka rasio konversi pakannya tidak lebih dari 1,1.
Bandingkan dengan pelet berprotein di bawah 30% yang nilai FCR nya lebih dari 1,2. Harga per kg pelet berprotein tinggi ini memang lebih mahal. Namun, jika dibandingkan dengan bobot tubuh yang dihasilkan serta masa panen yang lebih cepat, biaya produksinya tetap lebih rendah. Pertumbuhan ikan dan konversi pakan memang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas pakan, jumlah pakan yang dikonsumsi, dan suhu air. Faktor tersebut pada akhirnya juga mempengaruhi kebutuhan nutrisi dan tingkat nutrisi pakan. Lele akan tumbuh maksimal saat diberikan pakan dengan kandungan protein 24—25% dengan jumlah 3—5% dari bobot tubuh. Andai pakan diberi lebih sedikit dari kebutuhan, perlu persentase protein di atas 30% agar pertumbuhannya optimal.
C. KEBIASAAN MAKAN LELE
Lele merupakan ikan tak bersisik yang memiliki karakter khusus, terutama dalam hal makan. Lele bisa dikatakan pemakan segala atau biasa disebut omnivora. Namun, ikan berkumis ini bersifat nokturnal atau biasa makan pada malam hari. Oleh karena itu, pembudidaya perlu mengetahui hal ini sehingga tidak kesulitan dalam memeliharanya.
Sumber: Buku Paduan Praktis Pakan Ikan Lele