Pertanianku — Kepiting Maluku kini juga dilirik oleh pasar internasional. Kepiting yang dipanen dari Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku tersebut diekspor hingga Singapura dan Malaysia. Kedua negara tersebut meminati kepiting bakau hidup asal Indonesia ini.

Ekspor kepiting tersebut dilakukan dengan jalur udara melalui Bandar Internasional Pattimura, Ambon. Maskapai Garuda Indonesia menjadi penyedia jasa ekspor kepiting ini ke negara-negara tetangga.
Jumlah ekspor kepiting bakau hidup yang mencapai volume ratusan kilogram dilakukan oleh UD Putri Desi. Jenis kepiting yang diekspor adalah kepiting bakau. Jumlah biota laut non ikan ini melimpah di Pulau Seram dan Kepulauan Aru.
Ekspor kepiting bakau memberikan kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD) Maluku, terutama dari sektor kalutan dan perikanan. Seiring semakin diminatinya ekspor kepiting dari Pulau Seram, dikabarkan jangkauan ekspor kepiting ini juga akan semakin meluas. UD Putri Desi sedang mengurus persiapan dokumen untuk melakukan ekspor ke Cina.
Perkembangan ekspor pun berikutnya direncanakan akan langsung dari Maluku. Sebelumnya, ekspor kepiting juga dilakukan melalui Makassar dan Surabaya. Dengan dilakukannya ekspor langsung, Maluku akan menjadi daerah yang paling diuntungkan.
Tingginya angka ekspor kepiting ini menyusul seafood lain yang sudah lebih dahulu diekspor ke sejumlah negara, seperti ikan tuna. Hal ini juga tidak lepas dari adanya tim pengekspor di Maluku. Mereka membuat kesepakatan bersama ekspor terpadu yang dikenal dengan ‘Pelayanan 247’. Artinya, pelayanan tersebut dapat diakses selama 24 jam dalam 7 hari seminggu sehingga pelayanan ekspor dapat lebih baik.
Sebelumnya, ekspor kerap tak berjalan mulus karena harga kargo yang mencekik para eksportir. Naiknya tarif hingga lebih dari tiga kali lipat ini terjadi pada akhir 2018 hingga awal 2019. Akhirnya, para eksportir sempat menggunakan jasa penerbangan militer untuk mengatasi hal ini. Kini, semuanya kembali dapat diatasi.