Pertanianku – Nelayan di sejumlah titik Kabupaten Aceh Utara sejak bulan puasa ini minim mendapatkan ikan hasil tangkapan laut, mereka pun hanya sebagian pergi melaut, sementara ada yang memilih mangkal di dermaga. Tentu, hal ini membuat harga beberapa jenis ikan di pasaran melonjak.
Di Kuala Keureuto, Kecamatan Lapang, belasan boat nelayan terpaksa didaratkan karena minimnya mendapatkan ikan sejak bulan puasa ini. Kendati demikian, nelayan menganggap masih hal yang biasa dan wajar.
“Wajar bang, sering juga begini. Sejak puasa nelayan di sini sulit mendapatkan ikan, walaupun ada namun hasilnya tidak memuaskan. Misalnya di hari normal tangkapan ikan mencapai 10 kilogram, tapi sekarang hanya satu kilogram, begitulah bandingannya kira-kira,” ungkap Firman salah seorang nelayan di Kuala itu, dikutip Okezone (29/6).
Kondisi serupa dialami nelayan di Kuala Jambo Aye Desa Teupin Kuyuen, Tanah Jambo Aye. Kuala yang biasanya tampak ramai kali ini justeru sepi, nelayan memilih beristirahat di TPI sambil menunggu ikan dari tangkapan teman seprofesinya.
“Di Kuala ini luar biasa ikannya, jarang yang tidak mendapatkan ikan. Tapi kali ini pasokan ikan justeru menurun, ya tapi ada juga nelayan yang tetap melaut meski hasil tangkapannya tak sesuai harapan. Itu sebabnya harga ikan juga ikut naik yang dijual di pasaran,” tutur Adi nelayan di Kuala Jambo Aye.
Syamsul salah seorang pedagang ikan di pasar Lhoksukon membenarkan hal itu. Sejak minimnya pasokan ikan dari laut, harga ikan berbagai jenis merangkak naik. Akan tetapi tidak menyurutkan para pembeli.
“Untuk harga jenis ikan dencis Rp15.000/kg, ikan biji nangka Rp15.000/kg, Jenara Rp25.000–Rp30.000/kg, tongkol Rp23.000–Rp25.000/kg, dan pilok Rp23.000–Rp25.000/kg. Harga ini memang mahal, karena pasokan minim, sementara untuk ikan dencis paling banyak dipasok dan harganya pun murah,” papar Syamsul.