Trubus Bina Swadaya Berikan Pelatihan Urban Farming untuk KWT di Indonesia

Pertanianku — Dalam peresmian Gerakan Bogor Berkebun, Pemerintah Kota Bogor bersama Trubus Bina Swadaya memberikan pelatihan urban farming secara virtual kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa. Pelatihan tersebut diisi langsung oleh Panji Asmoro selaku trainer agribisnis Trubus.

pelatihan urban farming
foto: Pertanianku

Urban farming ini bisa menjadi pilihan kegiatan yang sangat berguna di tengah pandemi. Saat banyak aktivitas yang tidak bisa dilakukan, masyarakat dapat menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkebun sendiri di rumah. Kegiatan ini bisa mendatangkan banyak manfaat, mulai dari menguatkan ketahanan pangan hingga menjadi wadah untuk menenangkan kondisi kesehatan mental dan fisik di tengah pandemi.

“Ayo semangat, kita mulai semangat, kita mulai bangkit. Kita mulai kembali seperti semula memiliki harapan. Covid-19 itu ada, tapi kita tetap punya semangat untuk melangkah,” ujar Asmoro saat memberikan pelatihan melalui virtual.

Asmoro menjelaskan bahwa urban farming itu identik dengan pertanian kota. Pada zaman dahulu, bertani hanya bisa dilakukan di desa. Namun sekarang, dengan adanya urban farming masyarakat bisa menemukan kegiatan bertani di tengah kota.

Urban farming yang sedang digaungkan bisa membantu program pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat Indonesia.

No food no future. Gak ada pertanian, gak ada makanan dan gak ada masa depan. Ingat itu, bahwa pertanian adalah segalanya,” seru Asmoro.

Potensi pertanian di Indonesia masih bisa dikembangkan menjadi lebih besar dengan cara kembali ke rumah masing-masing untuk memanfaatkan pekarangan rumah, baik di bagian depan maupun belakang rumah. Pekarangan rumah yang terbatas bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan beberapa komoditas pertanian. Setidaknya, komoditas tersebut bisa digunakan untuk konsumsi pribadi.

Kegiatan urban farming tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, seperti kaleng bekas cat atau bekas ember. Setelah itu, berikan media tanam dan bibit sayuran seperti cabai.

Dalam kesempatan yang sama, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto menyapa para peserta pelatihan langsung dari halaman Kantor Walikota Bogor. Bima Arya meminta agar para KWT diberikan bimbingan serta fasilitas berupa bantuan benih. Setelah semua berjalan dengan lancar, hasil panen yang didapatkan KWT bisa disambungkan ke market untuk memasarkan hasil panen.

Bima Arya turut menjawab salah satu pertanyaan dari peserta webinar terkait cara pemasaran hasil komoditas urban farming yang kerap mengalami kendala.

Salah satu solusi yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bogor untuk mengatasi permasalahan pemasaran hasil tani adalah menyiapkan beberapa titik di lahan fasos (fasilitas sosial) sebagai tempat Sunday Market. Sebab, memang harus diakui memasukkan komoditas baru ke pasar itu cukup sulit.

“Kita merencanakan sebetulnya memanfaatkan lahan fasos-fasos di pemukiman wilayah. Jadi, ada beberapa titik nanti yang bisa menjadi Sunday Market. Jadi, misalnya ada beberapa KWT bisa menyuplai ke Sunday Market itu,” tutur Bima Arya.

Sunday Market yang diadakan bisa diselenggarakan dengan nuansa rekreasi untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Sunday Market tersebut bisa difasilitasi oleh dinas dan diorganisir oleh Gerakan Bogor Berkebun.