Pertanianku – Nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14—25% dari total pendapatan keluarga. Semakin rendah tingkat perluasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing. Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidahkaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup baik dari segi gizi maupun volume, tata laksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.
Produksi daging ternak nasional pada tahun 2008 sebanyak 2.137.601 ton. Kambing menyumbangkan hasil sekitar 66.027 ton. Sumbangan kambing itu masih kecil jika dibandingkan dengan produksi daging sapi yang mencapai 392.511 ton, ayam buras 273.548 ton, dan ayam broiler sekitar 1.018.734 ton. Rendahnya produksi ternak kambing disebabkan oleh orientasi pasar kambing masih sangat domestik (lokal daerah setempat) sehingga pertumbuhan populasinya lambat. Namun, bagaimana pun kondisinya, bisnis kambing tak mengenal krisis. Harga kambing hidup dan daging kambing dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Tahun 1998, harga kambinghidup sekitar Rp7.500/kg dan harga daging kambing sekitar Rp17.000/ kg. Tahun 1999 naik menjadi Rp10.000/kg untuk kambing hidup dan Rp20.000/kg untuk daging kambing. Pada tahun 2000 harga kambing hidup sudah mencapai Rp12.000/kg dan daging kambing juga naik menjadi Rp24.000/kg. Sementara itu, pada tahun 2011, harga kambing hidup mencapai Rp25.000/kg dan harga daging kambing meningkat hingga Rp50.000/kg.
Kecenderungan harga kambing hidup dan daging yang terus mengalami peningkatan disebabkan oleh permintaan daging kambing yang juga mengalami peningkatan. Sebagai contoh, masyarakat DKI Jakarta setiap hari membutuhkan daging kambing dan domba sekitar 15—20 ton atau setara dengan 1.500—2.000 ekor yang dikonsumsi untuk sate, kambing guling, tongseng, gulai, sop, dan berbagai keperluan untuk warung makan, restoran, dan katering. Bahkan, permintaan melonjak tajam saat hari raya Idul Adha, yaitu mencapai 21.000—25.000 ekor. Permintaan itu belum terhitung untuk keperluan aqiqah, selamatan, dan berbagai acara keperluan adat.
Kambing yang masuk DKI Jakarta ditampung di RPH Pulogadung, Tanah Abang, Tanjung Priok, Mampang Prapatan, dan pasar kambing Tanah Abang. Kambing-kambing tersebut berasal dari pasar Klewer Solo, Yogyakarta, Wonosobo, Brebes, Purwakarta, Subang, Sukabumi, Jawa Timur, dan Lampung.
Selain sebagai sumber daging, kambing juga diternakkan untuk diperah susunya. Jika dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mahal harganya. Pada tahun 2011, harga susu kambing mencapai Rp25.000/liter, sedangkan susu sapi hanya Rp3.000/liter. Kondisi tersebut merupakan peluang usaha bagi para peternak maupun bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya dalam usaha peternakan kambing, baik usaha peternakan kambing potong maupun usaha peternakan kambing perah. Dengan berkembangnya usaha peternakan kambing di Indonesia, diharapkan kesejahteraan peternak semakin baik. Di samping itu, kebutuhan daging dan susu kambing yang terus-menerus mengalami peningkatan dapat juga terpenuhi.
Sumber: Buku Berternak Kambing Unggul