Pertanianku – Cacing sutera biasanya sangat disukai oleh beberapa jenis ikan karnivora dan omnivora. Pada ikan patin, pemberian cacing sutera biasa dilakukan pada hari ke-7 dan harus selalu diberikan hingga 10—15 hari ke depan. Sementara itu, pada benih ikan lele, cacing sutera diberikan pada 2—3 hari setelah telur menetas menjadi larva. Pemberiannya harus dilakukan selama 10—20 hari. Cacing sutera dipilih sebagai pakan alami karena bukaan mulut larva sesuai dengan ukuran cacing sutera.
Pada ikan hias, pemberian cacing sutera sangat tergantung pada jenis ikannya. Untuk ikanlou han dan guppy, cacing sutera bisa diberikan ketika ikan berumur sekitar 3—4 minggu. Sementara itu, untuk ikan alligator biasanya mulai mengonsumsi Tubifex sejak berumur lima minggu.
Untuk ikan koi, cacing bisa diberikan ketika burayak berumur 10 hari sejak menetas dan kuning telurnya (yolk sack) habis selama 10—11 hari. Cacing sutera yang akan diberikan untuk larva atau benih ikan sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1—2 hari, atau lebih. Hal itu berlaku jika cacing sutera berasal dari alam. Biasanya, kondisi cacing yang berada di alam lebih banyak mengandung unsur yang dikhawatirkan bisa membahayakan ikan yang dipelihara. Pada masa karantina, sebaiknya air tetap mengalir dan diusahakan sumber airnya berasal dari air yang sudah diendapkan terlebih dahulu (quarantine pond).
Sumber air yang dipakai untuk mencuci cacing jangan sampai mengandung zat-zat kimia seperti kaporit atau klorin karena akan menyebabkan kematian pada cacing. Selain itu, air yang digunakan juga jangan berasal dari air sumur langsung. Hal itu karena air sumur biasanya miskin akan kandungan unsur hara dan mineral. Perlakuan lain sebelum cacing sutera diberikan pada ikan hias adalah perendaman dengan larutan methylene blue. Jadi, cacing direndam dengan larutan tersebut agar bakteri yang terbawa oleh cacing tidak ikut termakan oleh ikan.
Pemberian cacing sutera untuk larva ikan cukup mudah. Cacing dapat diberikan dalam bentuk gumpalan yang langsung diletakkan di dasar kolam. Aplikasi dengan cara ini banyak dilakukan pada ikan yang aktif di dasar kolam, larva lele misalnya. Banyaknya cacing sutera yang diberikan tergantung dari jenis, umur, wadah, dan densitas (kepadatan) larva yang dibudidayakan. Semakin tinggi stocking density (padat penebaran) ikan, jumlah cacing yang diberikan juga semakin banyak. Begitu juga dengan wadah yang digunakan berpengaruh terhadap jumlah Tubifex yang diberikan. Pemberian cacing pada ikan di akuarium biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian pada ikan di kolam. Bila cacing yang diberikan terlalu banyak ke dalam akuarium, akan menyebabkan kualitas air menurun.
Mengenai jumlah dan banyaknya cacing sutera yang diberikan untuk larva ikan, belum ada perhitungan yang pasti. Yang menjadi acuan para breeder adalah jika cacing sutera di dalam wadah pemeliharaan sudah habis maka harus diberikan lagi. Jadi, cacing harus selalu ada di dalam wadah pemeliharaan selama ikan masih mau makan (adlibitum). Hal itu juga bertujuan untuk meminimalkan kanibalisme pada larva, terutama untuk ikan-ikan tertentu, seperti lele, bawal, dan patin.
Sumber: Buku Cacing Sutera