Pertanianku – Pakan untuk larva patin harus disesuaikan dengan ukuran dan besarnya bukaan mulut larva. Pakan yang sesuai dan cocok untuk larva patin atau benih patin antara lain telur artemia (Artemia sp.), kutu air (Daphnia sp, Moina sp), dan cacing sutera (Tubifex sp).
Larva mulai aktif makan pada jam ke 30—36 setelah menetas dengan pakan awal berupa Artemia yang. Berikut ini tahapan pakan yang diberikan untuk larva dan benih patin.
A. Umur 0—2 hari (tergantung suhu), larva patin belum diberi pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan dalam tubuh berupa kuning telur (yolk).
B. Umur 2—7 hari, larva patin diberi pakan Artemia, yakni pada saat larva berumur ± 36 jam.
– Pada hari ke-2 (tergantung suhu), cadangan makanan larva mulai habis dan ditandai dengan hilangnya warna kuning di perut larva. Kondisi ini merupakan masa kritis bagi larva patin karena tingkat kanibalisme larva patin meningkat, terutama pada saat larva berumur 2—7 hari sehingga bila terlambat atau kurang dalam pemberian pakan akan terjadi saling mangsa antarlarva.
– Penyediaan pakan artemia dapat dilakukan sendiri dengan caramengultur telurnya. Proses pengulturan artemia harus sudah disiapkan sebelum kuning telur (yolk) di tubuh larva habis. Untuk itu, penetasan telur artemia hendaknya mulai dilakukan setelah 10 jam telur patin menetas. Cara mengultur artemia dibahas tersendiri pada Bab 10.
– Pada hari pertama, frekuensi pemberian pakan Artemia sp dilakukan setiap 2 jam sekali, sedangkan pada hari ke 2— 5, pemberian pakan dilakukan setiap 3 jam sekali.
– Pakan diberikan secara ad libitium atau secukupnya dengan memperhatikan nafsu makan ikan.
C. Umur 7—15 hari, larva atau benih patin diberi pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp). Biasanya, setelah pemberian pakan cacing sutera pertumbuhan larva patin akan cepat.
– Di awal pemberian, campur pakan cacing sutera dengan artemia dulu. Hal ini karena larva patin belum terbiasa makan cacing sutera. Dengan cara demikian, larva yang masih berukuran kecil dan belum bisa memakan cacing sutera akan memakan artemia. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan memotong-motong cacing sutera terlebih dahulu. Baru setelah benih patin berumur 10 hari, cacing sutera dapat diberikan secara utuh atau hidup.
– Frekuensi pemberian pakan cacing sutera dilakukan setiap 3 jam sekali yang diberikan secara ad libitum atau secukupnya dengan memperhatikan nafsu makan ikan.
D. Umur 15—30 hari, diberi pakan pelet berbentuk tepung dengan kandungan protein minimal 40%. Walaupun jumlah pakan yang diberikan bisa ad libitum atau memperhatikan nafsu makan ikan, tetapi kisaran pakannya adalah ± 15% dari total bobot ikan. Frekuensi pemberian pakan pelet tepung untuk benih patin 5 kali per hari.
Faktor penting yang biasanya menjadi perhatian para pembenih patin adalah ketika terjadi penggantian atau perubahan jenis pakan. Hal ini karena penggantian jenis pakan ini sering kali menyebabkan kematian karena tidak semua ikan bisa menyesuaikan diri. Akibatnya, ukuran ikan yang dihasilkan menjadi tidak seragam. Ikan yang kecil akan semakin kecil dan akhirnya mati karena selalu kalah ketika berebut pakan. Solusi yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan penggantian pakan secara overlap (tumpang tindih). Pakan pengganti diberikan dahulu sambil melihat respon ikan terhadap pakan pengganti tersebut. Setelah ikan yang bisa menyesuaikan diri kenyang, diberi pakan lama sehingga ikan yang belum bisa makan pengganti tidak akan mati kelaparan.
Sumber: Buku Paduan Lengkap Agribisnis Patin