Pertanianku — Berdasarkan Instruksi Presiden No.1 Tahun 2021, Sambas ditetapkan sebagai salah satu lokasi prioritas untuk pengembangan pertanian di daerah perbatasan. Sejak 2018, pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas telah berjalan di atas lahan seluas 1.000 hektare. Saat ini pemerintah terus mendorong jeruk asal Sambas untuk tembus ke pasar ekspor.
Jeruk keprok madu susu varietas Krisma yang dibudidayakan di Sambas sudah mulai dijual ke Malaysia. Malaysia dinilai menjadi salah satu negara tujuan ekspor dengan peluang yang masih sangat terbuka.
“Kabupaten Sambas merupakan daerah perbatasan dengan Malaysia. Ini bisa menjadi peluang untuk memasok jeruk ke sana,” terang Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sambas, Dedy Budianto, seperti dilansir dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Permintaan yang berasal dari Malaysia harus dipenuhi dengan hasil panen berkualitas, dalam jumlah yang cukup, dan kontinuitas produksi. Saat ini, petani jeruk di Desa Gapura, Kabupaten Sambas, mulai menerapkan teknologi untuk menghasilkan buah jeruk yang bisa dipanen berjenjang sepanjang tahun atau biasa disebut bujangseta.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Bulu Serumpun, Ramli, mengaku, teknik bujangseta mampu membuat tanamannya berbuah sepanjang tahun.
“Dari 170 pohon jeruk yang sudah produksi, panen pertama saya bisa beli motor dan panen selanjutnya bisa buat beli kendaraan roda empat, renovasi rumah dan sekolahkan anak. Alhamdulillah cukup menguntungkan,” terang Ramli.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, menjelaskan, Kabupaten Sambas merupakan sentra utama jeruk di Kalimantan Barat yang harus terus didorong peningkatan produksi dan mutunya. Berdasarkan data BPS, Provinsi Kalimantan Barat berkontribusi sebanyak 5,12 persen per tahun terhadap produksi jeruk nasional. Beberapa tahun terakhir, Kementan sedang fokus mengembangkan budidaya jeruk dalam rangka untuk mengurangi impor dan meningkatkan ekspor.
“Kabupaten Sambas merupakan daerah perbatasan dengan Malaysia. Tidak perlu menggunakan pesawat dan kapal laut. Hasil panennya bisa langsung dijual ke sana. Tentunya hal ini adalah peluang besar untuk terus meningkatkan produksi dan mutu. Oleh karena itu, pada 2022, Kementan telah mengalokasikan kegiatan intensifikasi dengan penerapan teknologi bujangseta seluas 50 hektare di Kabupaten Sambas ini,” papar Liferdi.