Pemerintah Genjot Hilirisasi Industri Karet dan Plastik

Pertanianku — Daya saing industri karet dan plastik terus dipacu. Hal tersebut dilakukan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) karena kedua industri ini menjadi kontributor penggerak perekonomian nasional. Industri plastik dan karet juga merupakan sektor yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015—2035.

industri karet dan plastik
Foto: Google Image

“Industri plastik dan karet merupakan dua sektor yang strategis dengan karakteristik yang berbeda. Keduanya merupakan industri vital dengan ruang lingkup hulu hingga hilir, memiliki variasi produk yang sangat luas, serta selalu dibutuhkan oleh sektor industri lainnya sehingga masih potensial dikembangkan,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, melalui siaran pers, Selasa (9/7).

Ia membeberkan, selama ini industri plastik dan karet di dalam negeri telah mampu berproduksi dengan kualitas yang baik sesuai standar sehingga mampu bersaing dengan produk impor. Produk dari kedua sektor tersebut juga memiliki tingkat konsumsi yang masih tinggi.

“Aplikasi kedua produk itu sangat luas untuk sektor industri lain, seperti industri kemasan untuk makanan dan kosmetik, elektronik, otomotif, dan industri lainnya. Maka itu, dalam pameran ini, kami pertunjukkan kemampuan teknologi yang sudah dikuasai kedua sektor ini,” ungkapnya.

Indonesia merupakan salah satu negara utama penghasil karet alam dengan produksi melebihi 3,7 juta ton per tahun. Sebagai upaya pengembangan industri karet, pemerintah mendorong agar sektor tersebut bisa lebih maju lagi. Selain itu, upaya ini diharapkan mampu menyerap bahan baku karet dalam negeri yang melimpah dengan maksimal.

“Untuk itu, Kemenperin gencar mendorong transformasi dan penguatan komoditas karet dengan memperluas produksi karet di hilir,” ujar Sigit.

Kemenperin pun terus berupaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet melalui teknologi aspal karet dengan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) guna mendorong penggunaan aspal karet di jalan tol seluruh Indonesia. Dengan terobosan tersebut, lanjut dia, 7 persen dari kebutuhan aspal di dalam negeri sebesar 1,6 juta ton bisa disubstitusi dengan karet alam.

Di samping itu, intensifikasi ataupun ekstensifikasi eskpor barang karet akan dilakukan dengan menciptakan cabang-cabang industri baru, seperti industri ban pesawat dan vulkanisir pesawat terbang yang berpotensi menyerap karet alam dan menghasilkan devisa nasional serta menerapkan teknologi industri 4.0.

“Untuk mendorong transformasi tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai macam kebijakan berupa berbagai macam insentif bagi industri,” jelas Sigit.