Pertanianku — Sistem Resi Gudang (SRG) diharapkan mampu untuk membantu para petani menjaga kestabilan hasil tani sehingga harga produk pertanian tetap stabil. Karena urgensi SRG cukup penting bagi keberlangsungan harga produk tani, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan mulai memperkuat implementasi dari SRG.

Sistem Resi Gudang sendiri merupakan salah satu instrumen yang penting dalam sistem perekonomian di wilayah pedesaan, khususnya wilayah pedesaan yang telah memiliki Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) atau Koperasi Potensial.
Upaya yang dilakukan oleh Bappebti Kementerian Perdagangan untuk memperkuat implementasi SRG salah satunya melakukan pertemuan dengan Pertemuan Teknis Sinergi dan Koordinasi Lintas Kementerian atau Lembaga Terkait dengan Penguatan dan Implementasi Sistem Resi Gudang di Solo, Jawa Tengah.
Bumdes atau koperasi yang berada di wilayah pedesaan diharapkan mampu untuk membantu para petani menjaga kestabilan hasil tani.
“Pada saat panen raya, Bumdes atau koperasi diharapkan dapat menampung hasil panen petani di SRG,” ujar Tjahya Widayanti selaku Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) seperti dilansir dari laman Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Tjahya Widayanti menuturkan bahwa Bumdes yang hendak menjadi lembaga SRG harus mampu memenuhi beberapa syarat yang telah ditetapkan. Jika Bumdes telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan, pemerintah akan menjadikannya sebagai pengelola SRG. Namun, bagi Bumdes yang tidak dapat memenuhi syarat dapat berperan sebagai penyimpan komoditas atau barang yang didapatkan dari anggota petani di gudang SRG.
Dalam mengidentifikasi Bumdes dan koperasi yang berpotensi untuk menjadi pengelola gudang SRG, Bappebti Kementerian Perdagangan akan bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM dan Kementerian PDTT.
Pasalnya, penanganan pascapanen untuk para petani lokal masih kurang sehingga seringkali hasil panen yang melimpah ruah tidak semuanya tersalurkan ke pasar. Dengan begitu, menyebabkan harga produk pertanian turun.
Sementara, Kementrian Desa PDTT menuturkan bahwa perlu ada koneksi antara sentra produksi hasil tani yang berada di kawasan pedesaan dan pasar yang lebih luas melalui peran Bumdes.
“Pembinaan kepada koperasi calon pengelola gudang sampai menjadi pengelolaan gudang SRG perlu terus dilakukan. Jangan sampai gudang yang dibangun miliaran tidak dapat dimanfaatkan karena modal koperasi yang tidak cukup,” pungkas Tjahya.