Pertanianku — Sebagai wilayah yang memiliki banyak lahan rawa, Indonesia mulai melakukan program untuk memanfaatkan lahan rawa sebagai lahan pertanian yang dapat memproduksi berbagai bahan pangan. Melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi), pemerintah mulai mempersiapkan teknologi pertanian guna mendukung keberhasilan program tersebut.
Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Jufry, Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan lahan rawa sebagai tulang punggung pertanian untuk Indonesia di masa depan. Pemerintah mulai menaruh perhatian khusus terhadap penerapan teknologi yang tepat untuk meningkatkan produktivitas petani agar naik secara signifikan.
“Kita sudah membuat model percontohan bagaimana pengolahan lahan rawa yang benar, mulai dari penataan lahannya, penataan airnya, termasuk inovasi teknologi yang ada di dalamnya,” ungkap Ketua Badan Litbang Pertanian, Fadjry Jufry pada saat acara panen raya perdana padi di Demfam Serasi yang diadakan pada 6 November berlokasi di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupater Barito Kuala, Kalimatan Selatan.
Pemerintah melalui Badan Litbang Pertanian sudah mempersiapkan paket teknologi yang siap mendukung efektivitas dan efesiensi pertanian di lahan rawa. Teknologi yang telah disiapkan mulai dari proses olah tanah hingga proses panen. Bahkan, potret teknologi lahan rawa sudah dipamerkan melalui pengembangan Demfarm Serasi binaan Badan Litbang Kementan di Kabupaten Barito Kuala.
Demfarm sendiri dibangun dengan tujuan untuk membantu percepatan dan efektivitas adopsi teknologi oleh petani sebagai bentuk upaya pemerintah meningkatkan produksi pertanian dan kesejahteraan para petani di lahan rawa.
“Teknologi kita sudah punya, bagaimana mengatur tata airnya, di lahan rawa ini ada lapisan pirit namanya. Oleh karena itu, kita memperkenalkan traktor rawa berbentuk perahu. Itu merupakan solusi bagaimana pengolahan tanah yang tepat di lahan rawa, karena menggunakan traktor biasa kedalaman pengolahannya itu lebih dari 30 cm, yang kita anjurkan itu bisa mempercepat pengolahan lahan,” ujar Fadjry.
Traktor untuk pengolahan lahan rawa masih berbentuk prototipe, padahal traktor tersebut mampu mengolah satu hektare lahan hanya dalam waktu satu jam. Fadjry menambahkan bahwa Badan Litbang Pertanian juga telah menyiapkan drone tanam yang berbasis GPS.
“Artinya di Jakarta pun saya tidak perlu ke sini, saya bisa menginstruksikan dari jauh, itu outonomous bisa ada treknya,” ungkap Fadjry.
“Selain itu, kita juga ada teknologi varietas unggul baru, kita punya Inpara 1 hingga 7, Inpara itu Inbrida Padi Lahan Rawa. Ini yang banyak berkembang Inpara 4, potensinya bagus bisa sampai 6 ton kalo padi biasa 2—3 ton saja,” lanjut Fadjry.
Teknologi tersbut akan siap digunakan untuk semua masyarakat yang memiliki lahan rawa. Salah satu petani lahan rawa di Jejangkit, Zainal Hakim, mengaku sangat terbantu dari bantuan pemerintah melalui program Serasi.