Pertanianku — Kedelai menjadi salah satu komoditas yang terus dikembangkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Upaya pengembangan ini dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Pemerintah pun mewacanakan para importir wajib tanam kedelai.

“Keterlibatan importir wajib tanam kedelai sangat positif dalam rangka ikut membina dan memberi semangat kepada petani untuk mengembangkan kedelai nasional, baik dengan pola mandiri maupun pola kemitraan,” ungkap Sekretaris Direktorat Jendela Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Maman Suherman (21/1) seperti dikutip dari laman Kementan.
Sementara itu, untuk persoalan keterbatasan lahan, upaya penanaman dilakukan di lahan kering, integrasi dengan perkebunan, perhutanan, dan budidaya tumpang sari. Kementan juga menyiapkan benih unggul varietas lokal sebagai upaya intensifikasi.
“Untuk dongkrak produksi, Kami juga menyiapkan benih unggul varietas lokal dengan potensi produksi mulai 2—3,5 ton per hektare,” imbuh Maman.
Produksi kedelai pada 2018 mencapai 983 ribu ton. Ini merupakan capaian tertinggi selama periode 2014—2018. Sementara, rata-rata produksi 2014—2018 berada di kisaran 859.830 ton.
“Peningkatan Produksi tahun 2018 melonjak naik sebesar 82,39 persen dibanding tahun 2017,” ujar Maman.
Menurut Direktur Aneka Kacang dan Umbu Ali Jamil, cita-cita Indonesia menjadi lumbung pangan pada 2045 nanti dapat terwujud dengan dukungan dari semua pihak.
“Kita harapkan rekan-rekan importir kedelai untuk turut berpartisipasi membantu menanam kedelai bangsanya sendiri agar pencapaian swasembada dan keberlanjutannya bisa kita jaga,” jelas Ali.
Lanjut Ali, pada 2019 kebutuhan benih kedelai mencapai 43 ribu ton dengan luas tanam 1 juta hektare. Kebutuhan ini tentu saja akan dapat disediakan melalui kegiatan pertanaman kedelai pada 2018 dengan pola zonasi dan dikawal oleh Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) setempat.
Beberapa varietas kedelai yang ditanam antara lain Anjasmoro, Grobogan, Wilis, dan Argomulyo. Sementara, yang sedang dikembangkan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) adalah varietas Mutiara biji besar. Lembaga lain yang mengembangkan varietas kedelai biji besar, yaitu Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) Badan Litbang Pertanian, dengan nama varietas Bio Soy 1 dan Bio Soy 2. Varietas biji besar diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pengrajin tahu tempe.
“Dengan adanya varietas baru ini diharapkan ketersediaan benih kedelai dengan biji besar dapat terpenuhi. Tentunya kita harapkan bisa menggantikan kedelai impor yang secara umum berbiji lebih besar dari varietas kita,” tandasnya.