Pertanianku – Pemijahan alami terjadi bila induk betina mengeluarkan telur secara alami tanpa bantuan manusia. Pemijahan secara massal atau berkelompok (group mating) lebih memberikan hasil daripada 1 jantan dengan 1 betina. Untuk melakukan pemijahan dengan manipulasi lingkungan, air harus selalu diganti sebanyak 100%. Perbandingan jantan dan betina bisa 1 : 1 atau 1 : 2 dengan kepadatan induk tidak lebih 5 kg/m3.
Pada pemijahan alami, induk ikan kerapu dimasukkan ke dalam bak induk. Kemudian, di dalam bak diberi kejutan dengan teknik penjemuran dan mengalirkan air. Metode penjemuran dilakukan dengan menurunkan permukaan air pada siang hingga sore hari sampai ketinggian air di bak tersisa 40—50 cm.
Selanjutnya, air dialirkan sepanjang malam sampai memenuhibak. Perlakuan seperti itu dilakukan setiap hari untuk memacu hormon pemijahan yang merangsang pematangan gonad. Perubahan suhu 2—5° C sangat berpengaruh pada proses pemijahan. Suhu yang diterima kulit ikan akan diteruskan ke otak, yaitu kelenjar hipotalamus dan condo spinalis yang akan menghasilkan hormon GnRH dan LhRH. Selanjutnya, hormon tersebut akan merangsang kelenjar pituitari sebagai penghasil hormon HCG (human chrionic gonadotropin), lalu hormon tersebut akan merangsang kelamin untuk bereproduksi.
Pemijahan akan terjadi setelah perubahan suhu dilakukan terusmenerus. Waktu pemijahan biasanya terjadi antara pukul 20.00—05.00. Setelah terjadi pemijahan, pemanenan telur dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan egg collector yang dipasang pada saluran pembuangan air permukaan bak induk. Ikan kerapu memijah secara parsial sehingga satu periode pemijahan bisa berlangsung antara 5—10 hari. Telur dipanen menggunakan seser, lalu ditampung dalam ember yang telah diisi air laut. Telur yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam akuarium berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm untuk proses seleksi dan perhitungan jumlah. Kapadatan awal telur selama 2 jam sekitar 1.000—2.000 butir telur/liter.
Di dalam akuarium, telur dibiarkan tanpa aerasi untuk mengendapkan kotoran dan telur yang tidak terbuahi/kualitasnya jelek. Kotoran dan telur yang mengendap disipon dan diaerasi kembali, lalu jumlah telur dihitung dengan dengan metode sampling volumetrik.
Sumber: Buku Bisnis dan Budi Daya Kerapu