Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Gurami

Pada tahap penetasan telur, pembudidaya dituntut ketekunannya dalam memelihara telur. Hal itu karena masa kritis untuk pemeliharaan gurami terletak pada tahapan ini. Pembudidaya harus melakukan  pembersihan telur-telur yang mati (berwarna putih keruh) setiap hari. Jika tidak dilakukan, akan berakibat pada penularan ke telur-telur yang sehat. Pada telur-telur mati, terdapat semacam duri yang dapat menusuk telur-telur sehat jika menempel atau berdekatan.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva Gurami

Sarang yang sudah berisi telur harus selalu dicek setiap hari karena kemungkinan induk akan segera memijah setelah dimasukkan ke dalam kolam pemijahan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan ketika telur sudah berada di dalam sarang.

  1. Pindahkan telur dari sarang secara hati-hati.
  2. Pisahkan antara telur yang hidup dengan telur yang mati.
  3. Masukkan telur ke dalam wadah yang berisi air bersih dengan kepadatan 50—100 butir/l air. Wadah yang digunakan umumnya berupa bak plastik berdiameter 60 cm. Volume air diisi ke dalam bak sekitar 10 l. Telur akan menetas dalam waktu 36—48 jam (dua hari). Telur yang tidak menetas dibuang setiap harinya.
  4. Pergantian air dalam bak dilakukan setiap hari. Air yang dibuang sekitar 2/3 volume total. Akan lebih baik lagi jika ke dalam bak diberi tetesan air agar terjadi proses difusi oksigen sehingga kandungan oksigen terlarut dalam wadah bertambah. Lama pemeliharaan dalam bak sekitar 8—10 hari.
  5. Selanjutnya, larva dipindah ke wadah pendederan berupa kolam terpal berukuran 2,5 m x 1,5 m.

Pada gurami, kuning telur akan habis antara 8—10 hari setelah menetas. Jika diamati, ekor akan mulai terlihat pada umur 3 hari. Pada hari ke–4, telur akan mulai bergerak. Pada umur 6 hari, kepala akan mulai terlihat dan tumbuh menjadi larva. Larva yang baru menetas jangan diberi pakan karena masih mengandalkan kuning telur yang masih menempel sebagai cadangan makanannya.

Keberhasilan dalam kegiatan ini terletak pada masa perkembanganawal dan sangat dipengaruhi oleh masa kritis benih dan pemberian pakan. Masa kritis benih merupakan saat kuning telur mulai habis dan larva mulai mengambil makanan dari luar. Hal itu ditandai dengan larva yang sudah mulai berenang. Jika 50% larva sudah mulai berenang, saat itu merupakan sangat tepat bagi benih untuk mulai diberikan pakan (Suhenda, 2003). Jika ditangani dengan baik, mortalitas larva dapat ditekan hingga mencapai 5—10%.

 

Sumber: Buku Usaha Pembenihan Gurami