Pengadaan Bibit dengan Cara Vegetatif

Pertanianku – Bahan tanaman penghasil gaharu juga dapat diperoleh dengan cara vegetatif, yaitu melalui teknik pencangkokan, setek pucuk atau kultur jaringan. Secara umum, perbanyakan secara vegetatif yang mudah dan dapat dilakukan masyarakat adalah dengan  cangkok atau setek pucuk. Sementara itu, teknologi kultur jaringan perlu manajeman khusus dan memerlukan tersedianya bangunan, tenaga kerja, serta modal yang cukup tinggi.

Pengadaan bibit dengan cara vegetatif

A. Setek pucuk

Tahapan perbanyakan bibit dengan cara setek pucuk adalah sebagai berikut.

  • Siapkan media tanam campuran tanah dan kompos (1 : 2) dalam polibag.
  • Tempatkan campuran media pada rumah kaca (green house) atau di bawah sungkup plastik (outdoor) yang ditempatkan pada bedeng semai teduh atau dilengkapi peneduh dari paranet (cahaya masuk sekitar 50—60%).
  • Pilih bahan setek yang sehat dan memiliki kayu dengan selsel bermeristem muda, lalu potong setek 3—5 daun pucuk dengan posisi miring dalam kondisi segar.
  • Celupkan atau oleskan potongan setek dengan hormon penumbuh akar (Rotton-F).
  • Tanam setek ke dalam media yang sudah berada di dalam rumah kaca atau sungkup plastik.
  • Lakukan penyiraman satu kali per hari atau interval dua hari sekali. Lakukan pula pengamatan dan sesuaikan dengan kondisi kebasahan/kelembapan media.
  • Lakukan pemeliharaan bahan tanaman setek hingga menghasilkan pertumbuhan optimal dan siap tanam (±8 bulan)

B. Cangkok

Kebutuhan bibit dalam skala usaha budi daya tidak efektif dengan cangkokan, kecuali untuk tujuan pengembangan kebun induk penghasil bibit. Secara teknis, pencangkokan memerlukan tahapan sebagai berikut.

  • Pilih bahan cangkok dari tunas-tunas pohon inti yang tegak (autotrop).
  • Lakukan pengeratan kulit dengan panjang sekitar 15 cm dan bersihkan kambiumnya, lalu biarkan kering.
  • Berikan hormon perangsang akar pada keratan bagian atas.
  • Bungkus bidang cangkokan dengan plastik transparan yang sudah diberi campuran media tanah, kompos, dan bubuk sabut kelapa (cocopit), lalu ikat kuat-kuat.
  • Amati pertumbuhan akar. Setelah 3—4 bulan, akan tumbuh perakaran yang cukup optimal.
  • Potong cangkokan untuk dipelihara dan langsung ditanam di area penanaman.

Dalam jangka panjang, di berbagai kawasan pengembangan budi daya, perlu dibangun kebun bibit (seed orchad) dari jenis-jenis tanaman yang memiliki nilai komersial cukup tinggi. Pembuatan kebun bibit juga harus berdasarkan rujukan Balai Bibit Tanaman Kehutanan (BPTH). Bibit bersumber dari pohon induk alami (seed stand) dengan kriteria sebagai berikut.

1) Pohon sehat, berbatang lurus, tinggi bebas cabang minimal 4 m, berdiameter >10 cm, dan memiliki banyak percabangan dengan tajuk rindang membentuk payung.

2) Berbuah maksimal dua kali per tahun dan terjadi panen raya buah dengan interval empat tahun. 3) Potensi buah dan bibit teruji kualitas dan kuantitas pertumbuhannya, yaitu di atas 80%.

4) Potensi permudaan alam yang tumbuh di bawah tegakan pohon induk memiliki rata-rata jumlah anakan tingkat semai  (seedling) minimal 500 batang, sapihan (wiedling) 20 batang, dan tingkat pohon sebanyak 20 batang per m2.

5) Mudah dijangkau serta aman dari gangguan.

6) Pohon memiliki karakter genetik rentan terhadap penyakit pembentuk gaharu.

 

Sumber: Buku Budidaya dan Bisnis Gaharu