Pertanianku – Pada dasarnya pertanaman pepaya tidak membutuhkan irigasi khusus. Umumnya pengairan dilakukan dengan sistem tadah hujan karena akarnya yang sangat lebat sehingga tanaman pepaya tahan kekeringan. Namun, tanaman pepaya tetap memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya.
Kekurangan air pada masa vegetatif ini bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal. Sementara itu, bila tanaman kekurangan air pada masa generatif dapat menyebabkan tanaman hermaprodit menghasilkan bunga pentandria (bunga dengan 5 benang sari pada dasar pangkal buah) yang juga akan menghasilkan buah pentandria. Selain itu, kekurangan air pada masa generatif juga dapat menimbulkan kerontokan bunga dan buah sehingga menyebabkan buah skip atau ketiadaan buah pada batang akibat gugurnya bunga pada musim kemarau atau karena suhu tinggi (> 30o C). Hal ini menyebabkan produksi dan mutu buah menurun. Oleh karena itu, pengairan harus dilakukan secara teratur agar kebutuhan air dapat terpenuhi sepanjang siklus hidup tanaman. Tanah harus selalu dijaga agar tetap lembap, tetapi air tidak sampai tergenang di atas permukaan tanah.
Pada musim kemarau, intensitas pengairan ditingkatkan untuk mencegah kekeringan. Pengairan pada musim kemarau berkisar 120—140 liter/tanaman/minggu. Oleh karena itu penyediaan bak penampung air sangat diperlukan pada musim kemarau. Jika terjadi kekeringan yang parah pada tanaman pepaya maka dapat menyebabkan kerontokan bunga dan buah. Pengairan dilakukan pada pagi dan sore hari. Volume pemberian antara 1—2 liter per hari untuk benih/bibit baru tanam dan 20—25 liter per hari untuk tanaman muda hingga dewasa. Untuk tanaman yang sedang berbuah membutuhkan 30—35 liter per hari, kecuali hari hujan. Penyiraman dilakukan dengan membasahi sekeliling tanaman hingga kondisi tanah tidak terlalu becek, tetapi tidak pula terlalu kering.
Sumber: Buku Budidaya Pepaya Unggul