Pertanianku — Direktur Perlindungan Hortikultura, Inti Pertiwi, pada kesempatan bimbingan teknis (bimtek) yang diberikan kepada petani mengatakan bahwa peran perlindungan hortikultura adalah mengamankan produksi dari serangan organisme penganggu tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim serta memperkuat ketahanan pangan.
Komoditas cabai sangat berkaitan dengan pemenuhan produksi dalam negeri. Hal tersebut perlu dikelola secara ramah lingkungan dan pengendalian hama agar produksi tetap aman serta terhindar dari virus yang dapat mengganggu jalannya produksi. Cabai sendiri merupakan komoditas hortikultura yang perlu diperhatikan secara khusus karena sifatnya dinamis dan fluktuatif.
“Pentingnya pengendalian OPT cabai ramah lingkungan berawal dari kesadaran buruknya pengaruh negatif residu pestisida. Budidaya ramah lingkungan memegang peranan penting dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pertanian,” tutur Inti seperti dikutip dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Akademisi pertanian asal UNS, Puji Harsono, mengungkapkan, produksi cabai nasional pada Juli 2021 mencapai 163.293 ton dengan kebutuhan masyarakat sekitar 158.855 ton.
Harga komoditas cabai masih sering mengalami fluktuasi yang signifikan dan tidak menentu. Hal ini karena adanya gangguan dari OPT yang menyerang tanaman cabai sehingga produksi cabai mengalami penurunan.
“Melihat angka tersebut artinya terdapat surplus 4.439 ton. Namun demikian, besarnya angka produksi di atas, cabai terus dibayang-bayangi gangguan OPT yang kerap menyebabkan penurunan produksi. Beberapa hal yang umum dilakukan antara lain rotasi tanam, pembersihan tanaman inang, eradikasi, penggunaan benih bebas virus, aplikasi akarisida atau biopestisida,” jelas Puji.
Puji menerangkan penggunaan nano teknologi biopestisida merupakan cara efektif untuk meningkatkan stabilitas agen aktif pada hama sasaran dan menurunkan toksisitas bagi manusia dan lingkungan
Akademisi IPB, Suryo Wiyono, menilai, faktor yang memengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman komoditas cabai adalah varietas, ketinggian, penggunaan pestisida, dan beberapa faktor lainnya seperti budidaya di lahan komoditas.
“Peran penting selain pengendalian OPT pada komoditas cabai, yaitu penginduksi adaptasi stres abiotik. Peningkatan suhu pada 20 tahun terakhir yang meningkat sekitar 0,9 derajat yang mengharuskan tanaman hortikultura diantisipasi terhadap suhu tinggi yang berdampak buruk pada kondisi tanaman itu sendiri,” papar Suryo.
Petani milenial, Yareli, menyebutkan, OPT menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas dan kualitas mutu cabai. Bila tanaman cabai terlihat kerdil, daun menguning, dan tidak menghasilkan buah, petani perlu waspada terhadap serangan kutu kebul.
Yareli dan Kelompok Juli Tani mengantisipasi serangan virus dengan menggunakan bibit berkualitas, mulsa hitam, persiapan tanaman yang matang, dan pemeliharaan tanaman.