Pengetahuan Dasar Budidaya Belut

Pertanianku – Belut sudah dikenal di Indonesia sejakpuluhan, bahkan ratusan tahun silam, terutama oleh masyarakat di Pulau Jawa, Madura, Sumatera, dan Kalimantan. Belut hidup di sawah, rawa, atau kali kecil yang berlumpur. Belut termasuk golongan ikan karnivora air tawar  berbentuk bulat panjang seperti ular.

Pengetahuan Dasar Budidaya Belut

Daging belut kaya akan protein dan mineral. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa belut mengandung protein 6,7 g per 100 g daging. Dengan demikian, belut dapat dijadikan sebagai sumber protein. Dibandingkan daging sapi, protein pada daging belut lebih mudah dicerna oleh tubuh. Di Indonesia, terdapat tiga jenis belut, tetapi yang umum dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat hanya dua jenis, yaitu belut sawah dan belut rawa. Sementara itu, belut muara atau belut laut masih jarang dikenal karena keterbatasan dalam pengetahuan dari segi budi dayanya.

Hal yang menarik dari komoditas ini adalah pemeliharaannya yang mudah dan tidak memerlukan waktu khusus, tahan tidak makan sampai berhari-hari, dan mudah dikembangbiakkan. Selain itu, belut dapat dibudidayakan di lahan yang sempit seperti pekarangan rumah dengan menggunakan wadah pemeliharaan berupa drum, terpal, atau toren air. Dalam urusan pakan, belut juga tidak membutuhkan biaya yang terlalu besar karena sangat efisien dalam hal makan. Hal ini karena belut bersifat pasif dan lebih senang menunggu mangsanya di dalam lumpur. Karena minimnya pergerakan inilah belut menghematenerginya sehingga mampu bertahan untuk tidak makan berharihari.

Jika cukup mendapatkan makanan maka belut akan cepat besar karena hampir seluruh makanan yang masuk akan dikonversi menjadi bahan untuk tumbuh. Saat ini, tak kurang dari 1 ton belut beredar di Jabodetabek setiap harinya. Angka tersebut ternyata masih jauh dari angka kebutuhan konsumsi belut setiap harinya yang mencapai 7,5 ton per hari. Perubahan pola budi daya secara ekstrim dari organik ke non-organik dan penangkapan besar-besaran tanpa disertai upaya budi daya menjadi penyebab penurunan populasi belut alam. Seperti diketahui bahwa hampir 90% benih yang beredar merupakan hasil tangkapan alam. Namun, karena sulit dan beragamnya cara penangkapan belut di alam membuat benih belut hasil tangkapan alam kerap kali tidak memenuhi standar kualitas benih yang baik karena kondisinya yang lemah, sakit, stres, atau cacat akibat perlakuan kasar saat penangkapan, misalnya penangkapan dengan setrum. Benih yang diperlakukan seperti ini biasanya hanya akan bertahan selama 2—3 hari, kemudian akan mati.

Sumber: Buku Meraup Rupiah Dari Teras Rumah