Penggunaan Inokulasi Tanaman Gaharu

Pertanianku – PerPenemuan mikroorganisme tertentu yang dapat menginduksi tanaman gaharu hingga terjadi akumulasi resin wangi telah mendasari adanya rekayasa teknik induksi pembentukan gaharu. Bahkan, beberapa penelitian telah menghasilkan inokulan, tetapi penerapan secara teknis belum sepenuhnya dapat dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena itu, perlu persiapan, penggalakan, dan pengembangan produktivitas gaharu, serta dibutuhkan penanganan secara serius. Selain itu, diperlukan adanya kesinambungan transfer teknologi pada masyarakat wilayah hutan gaharu. Tentu saja dalam melakukan transfer teknologi yang sangat dibutuhkan masyarakat adalah efisien, mudah terapannya, dan hasilnya nyata.

Penggunaan Inokulasi Tanaman Gaharu

Rekayasa pembentukan gaharu dengan inokulasi telah dilakukan oleh banyak pihak dengan teknik induksi yang bermacammacam dan jenis jamur yang bervariasi. Tahapan rekayasa produksi gaharu dimulai dari kegiatan laboratorium, kegiatan lapangan, dan kombinasi keduanya. Kegiatan yang berskala laboratorium dimulai dari kegiatan lapangan, kegiatan di laboratorium, dan kegiatan uji lapangan sebagai berikut.

  • Eksplorasi, koleksi, dan isolasi jamur.
  • Identifikasi jamur secara molekuler.
  • Penyaringan (screening).
  • Uji efektivitas.
  • Formulasi media.
  • Produksi inokulan (jamur).
  • Pembangunan plot demonstrasi untuk uji coba di lapangan.
  • Observasi dan evaluasi.

Berdasarkan kajian, proses pembentukan gaharu telah semakin cepat terjadi. Enam bulan setelah inokulasi telah dicapai produk kualitas kemedangan TGB dan TGA yang biasanya baru dapat dicapai pada 12—18 bulan setelah inokulasi meskipun sebagian besar masih berada pada mutu TGC. Perkembangan keberhasilan teknik inokulasi prospektif untuk mendukung pengembangan produksi gaharu yang pohon penghasilnya telah mulai banyak dibudidayakan. Kuantitas produksi gaharu budi daya sangat ditentukan oleh jumlah lubang atau luka yang diinokulasi.

Adapun kualitasnya tergantung lama inokulasi hingga panen. Semakin lama, tentu semakin banyak resin wangi yang terakumulasi sehingga kualitas gaharu yang dihasilkan semakin tinggi. Dengan demikian, pengembangan gaharu hasil budi daya dan inokulasi dapat jauh lebih efisien dibandingkan dengan produksi gaharu bentukan alam.

Sumber: Buku Paduan Lengkap Gaharu