Pengunaan Aktivator dalam Pengomposan

Pertanianku – Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator pengomposan. Beberapa jenis aktivator sering kali ditambahkan pada saat mebuat kompos karena ada beberapa hal yang kerap menyebabkan gagalnya pengomposan. Misalnya karena tumpukan bahan organik terlalu sedikit sehingga beberapa parameter untuk terjadinya pengomposan tidak bekerja secara alamiah.

aktivator pengomposan
foto: Pertanianku

 

Pengkomposan secara alamiah bisanya terjadi pada gundukan bahan organik 1 m3. Fungsi aktivator adalah membantu proses pengomposan, baik secara alamiah atau rekayasa agar dapat lebih dipercepat. Aktivator terdiri atas dua kategori, yaitu aktivator abiotik dan aktivor biotik (bioaktivator).

Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak semua jenis aktivator kompos dapat digunakan untuk sembarang pengomposan. Hal ini karena sumber bahan organik yang berbeda-beda akan memerlukan aktivator yang berbeda pula. Sebagai contoh limbah bahan organik yang berasal dari rumah tangga, jelas akan berbeda dengan sampah kota, atau limbah pertanian lainnya. Dengan demikian, untuk mempercepat proses pengomposan, aktivator yang digunakan pun akan berbeda pula agar penggunaannya tepat.

  1. Aktivator abiotik

Aktivator abiotik dapat berupa bahan kimia atau biokimia yang dapat memacu pembusukan bahan organik. Fungsi aktivator ini sebetulnya untuk memacu pertumbuhan mikroba di dalam tumpukan bahan organik yang dikomposkan. Dengan demikian, bahan-bahan tersebut harus mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba.

Berikut beberapa contoh aktivator abiotik yang dapat digunakan dalam pengomposan.

  • Pupuk nitrogen: pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi seperti urea atau bahan organik lainnya yang mengandung nitrogen.
  • Kotoran hewan: kotoran hewan juga dapat berfungsi sebagai aktivator. Selain mengandung bahan nutrien, umumnya juga mengandung berbagai jenis mikroba yang mampu mendegradasi bahan organik.
  • Bahan organik: sebagai alternatif dapat diberikan bahan organik seperti tepung darah, kompos matang, kompos kotoran hewan sebagai aktivator.
  • Larutan enzim: ada berbagai jenis larutan enzim yang mampu mendegradsai bahan organik seperti enzim selullase, ligno-selulase, lipoprotease. Hanya penggunaan ensim ini terkadang kurang efisienkarena harganya mahal. Hanya untuk yang keperluan sifatnya sangat spesifik digunakan enzim sebagai pra-perlakuan pengomposan.
  1. Bioaktivator

Istilah bioaktivator umum diartikan sebagai bahan bioaktif yang mampu merombak bahan-bahan organik pada umumnya. Secara spesifik, bioaktivator merupakan isolat mikroba yang telah dimurnikan dan mempunyai kemampuan khusus mencerna bahan organik yangmengandung serat selulosa. Melalui proses seleksi kemampuan mencerna bahan selulosa yang optimal, kemudian diformulasikan dan penerapannya dapat digunakan pada berbagai bidang untuk eksplorasi bahan-bahan yang bersumber dari bahan organik berkayu yang dikenal dengan biorefinery. Salah satu pemanfaatannya adalah untuk mempercepat proses pengomposan. Selain mempercepat pengomposan, kelebihan penggunaan bioaktivator adalah kualitas produk lebih terjamin dan proses produksinya relatif sederhana. Beberapa contoh kelompok mikroba yang mampu merombak bahan selulosa, antara lain Trichoderma sp., Pseudomonas, dan Streptomyces.

Kini telah banyak bioaktivator yang diproduksi secara komersial. Beberapa bioaktivator yang sudah tersedia di pasaran, antara lain EM-4, OrgaDec, Stardec, Boisca/Propuri, dan Promi. Masing-masing bioaktivator tersebut memiliki keunggulan dan spesialisasinya sendiri. Ada bioaktivator yang digunakan untuk membuat kompos padat dan ada juga bioaktivator yang digunakan untuk membuat kompos cair. Oleh karena itu, pemilihan bioaktivator harus disesuaikan dengan kompos yang akan dibuat dan bahan organik yang akan digunakan.

 

Sumber: Buku Kompos dari Limbah