Pentingnya Menghindari Tanaman Cabai dari Gangguan Lingkungan

Pertanianku – Produksi cabai secara umum terkendala oleh adanya cekaman (stres) yang diakibatkan oleh faktor-faktor abiotik, seperti kekeringan, salinitas, banjir dan kemasaman tanah; serta faktor biotik yaitu hama dan penyakit. Cekaman abiotik dapat secara langsung menyebabkan penghambatan pertumbuhan tanaman dan produktivitas tanaman. Selain secara langsung, cekaman abiotik juga dapat menyebabkan kerusakan buah seperti masak buah yang tidak sempurna, pecah buah (cracking), blossom end rot, dan malformation. Kekeringan dan genangan merupakan macam stres abiotik yang menyebabkan kehilangan hasil tertinggi cabai keriting.

Cabai merah_StudioPS_rudi_250914 (76)

Pola perubahan cuaca saat ini yang semakin sulit diprediksi menyebabkan cukup banyak pertanaman cabai yang dihadapkan pada kondisi yang terlalu kering pada musim kemarau dan terlalu tergenang pada musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Sebenarnya tanaman cabai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asalkan memiliki drainase dan aerasi yang baik. Jika tanaman cabai keriting mengalami terlalu banyak cekaman kekeringan maka tanaman akan tumbuh tidak optimal, kerdil, daun terbakar, hingga kematian jika kekeringan yang terjadi menyebabkan tanaman melewati fase titik layu permanen. Oleh karena rata-rata tanaman cabai berumur pendek, jika tidak terlalu parah, tanaman akan tetap dapat menghasilkan buah, tetapi tentunya dengan jumlah yang sedikit dan dengan kualitas yang tidak baik. Sebaliknya, jika tanaman cabai terlalu tergenang, perakaran akan terganggu yang mengakibatkan pertumbuhan menjadi tidak normal. Kondisi yang terlalu tergenang, dikombinasikan dengan suhu udara yang panas mengakibatkan kelembapan yang meningkat. Kondisi ini sangat mendorong berkembangnya jamur dan bakteri yang merugikan tanaman.

Selain kekeringan dan genangan, sering kali tanaman cabai dibudidayakan pada lahan-lahan yang memiliki salinitas (tingkat keasinan) tinggi atau tanah asam. Lahan-lahan semacam ini dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan dan produksi cabai keriting. Tanah yang paling ideal untuk tanaman cabai adalah yang mengandung bahan organik sekurang-kurangnya 1,5% dan mempunyai pH antara 6,0—6,5. Keadaan pH yang sesuai sangat penting karena erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara. Apabila ditanaman pada tanah yang mempunyai pH lebih dari tujuh, tanaman cabai akan menunjukkan gejala khlorosis, yakni tanaman kerdil dan daun menguning yang disebabkan oleh kekurangan unsur hara besi (Fe). Sebaliknya, pada tanah yang mempunyai pH kurang dari lima, tanaman cabai akan kerdil karena kekurangan hara kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) atau keracunan aluminium (Al) dan mangan (Mn)  Untuk menghindarkan tanaman dari gangguan tersebut, pemeriksaan dan pengolahan lahan sebelum memulai pengusahaan cabai keriting sangat perlu dilakukan. Untuk mengatasi gangguan kekeringan dapat disiapkan penampungan-penampungan air (kolam) di saat musim hujan untuk digunakan di saat tanaman terancam kekurangan air/kekeringan.

Untuk meminimalisir gangguan akibat genangan air, saat pengolahan tanah perlu dipersiapkan drainase/saluran pembuangan air yang baik. Pengecekan kadar garam dan pH tanah juga perlu dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari gangguan salinitas dan kemasaman tanah. Penambahan kapur pertanian (kaptan) dapat digunakan untuk mengatasi kemasaman tanah yang terlalu tinggi. Selain dengan modifikasi lingkungan, mengatasi gangguan-gangguan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan varietas cabai keriting yang tahan atau toleran.

 

Sumber: Buku Cabai Kualitas Premium