Penyakit Busuk Akar dan Pangkal Batang Tanaman Jeruk pada Musim Hujan

Pertanianku — Penyakit paling berbahaya bagi tanaman jeruk adalah penyakit busuk akar dan pangkal batang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phythopthora spp. Anda juga harus mewaspadai penyakit lain yang menyerang akar tanaman dan menyebabkan busuk seperti Armillaria sp, Phymatotrichum omnivore, dan busuk akar Rosellinia sp.

penyakit busuk akar
foto: pixabay

Penyakit Armillaria pernah menyerang pohon jeruk di Malang Utara pada 1934—1937 dan membuat ribuan tanaman mati. Oleh karena itu, penyakit ini perlu diatasi dengan baik, jangan sampai serangan penyakit meluas dan menyebabkan kerugian yang lebih parah. Anda bisa mengenali penyakit ini dari beberapa gejala yang muncul pada tanaman.

Tanaman yang terjangkit penyakit busuk pangkal batang dan busuk akar akan terlihat memiliki luka cokelat hitam di bagian pangkal batang, luka tersebut mengeluarkan blendok. Selain itu, akar batang confex dan akar serabut terlihat busuk dan daun mengering, layu, serta mati.

Penyakit tersebut biasanya karena tanah lempung yang berat, tanah yang terlalu basah sehingga menyebabkan air tergenang di atas permukaan, sedang berada di tengah musim hujan, atau terjadi penularan melalui air tanah, percikan, atau kontak.

Penyakit busuk pangkal batang dan busuk akan sering dialami oleh petani jeruk di daerah  Jawa, Sumatera, NTT, dan Kalimantan.

Tanaman yang terjangkit penyakit Armillaria atau busuk akar mushroom akan terlihat daunnya berguguran, mahkota akar putus, gejala sporopora hanya berada di dalam tanah, akar terlihat busuk layu dan akan mati secara tiba-tiba, serta sporopora besar terlihat tumbuh di sekitar permukaan akar.

Penyakit busuk akar mushroom disebabkan oleh adanya kontak akar, bertahan pada kayu, atau tertular dari Rhizomoph. Penyakit ini sering dialami oleh petani jeruk di Malang.

Penyakit ini bisa dikendalikan secara sistemik, pengendaliannya harus dilakukan dengan cepat dan terstruktur serta tetap ramah lingkungan. Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan tanaman di perkebunan secara rutin untuk mendeteksi gangguan lebih dahulu.

Selain itu, lakukan kultur teknis selama masa perawatan. Kultur teknis dilakukan dengan mengarantina pembibitan, dan pengelolaan kebun yang sehat. Gunakan pengaturan drainase dan irigasi yang tepat agar air hujan dapat mengalir dengan lancar sehingga tidak ada air yang menggenang di perkebunan dan berikan mulsa serta pupuk organik yang diperlukan untuk tanah yang kurang air atau pada musim kemarau.

Pengendalian secara alami juga bisa dilakukan dengan menggunakan agen hayati seperti Trichoderma harsianum, bahan nabati seperti daun dan bunga cengkih atau daun sirsak yang ditambah daun tembakau, ataupun bahan generik seperti bubur California.