Pertanianku – Protozoa adalah hewan renik yang terdapat pada semua lingkungan kehidupan. Kelompok protozoa ada yang dapat hidup di air laut maupun tawar, tempat berair, dan tempat lembap. Protozoa yang sering menyerang ikan tawar adalah Ichtyophthirius multifiliis, Trichodina sp., Henneguya sp., dan Epistylis sp.
1) Ichthyophthirius multifiliis
Ichthyophthirius multifiliis dikenal dengan penyakit bintik putih (white spot) berdiameter 0,5—1 mm. Mikroorganisme ini berbentuk bulat lonjong, berbulu getar, dan di bagian tengah tubuhnya terdapat tonjolan berbentuk tapal kuda. Parasit ini harus menemukan inang baru dalam 48 jam pada suhu sekitar 25—270 C dan sangat umum ditemukan pada ikanikan budi daya. Ikan yang terserang akan tertular dengan cepat. Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada musim penghujan, pada musim kemarau serangannya bersifat tidak merata.
Ikan yang terinfeksi biasanya akan sering menggosok-gosokan tubuhnya di tepi atau dasar kolam, nafsu makan menurun, dan kondisi tubuh melemah. Selain itu, ikan menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air. Bagian tubuh yang paling sering terserang adalah bagian lapisan lendir kulit, sirip, dan insang ikan. Infeksi yang menyerang bagian insang akan membuat insang menjadi pucat dan membengkak sehingga mengalami gangguan penyerapan oksigen, gangguan pernafasan akut, dan dapat menyebabkan kematian.
Pengobatan penyakit ini dilakukan dengan merendam ikan pada larutan formalin 25 ppm selama 24 jam dan dengan larutan garam dapur (NaCl) selama 10 menit dengan kadar 10—30 ppm.
2) Trichodina sp.
Trichodina sp. tidak dapat hidup tanpa adanya ikan sebagai induk semangnya. Bila menyerang ikan, parasit ini biasanya merusak selaput lendir ikan pada bagian kulit maupun insang. Ikan yang terserang akan menunjukkan gejala mengeluarkan banyak lendir pada permukaan kulit tubuhnya. Gejala lain yang juga dapat dilihat antara lain ikan terlihat lemah, warna tubuh pucat, sering menggosokkan tubuhnya pada substrat; dinding; atau dasar kolam, nafsu makan menurun sehingga tubuhnya menjadi kurus, atau tampak bintik putih di bagian kepala dan punggung.
Cara mengatasinya adalah dengan merendam ikan pada larutan formalin 15—40 ppm selama 24 jam atau merendam dengan larutan garam 25—30 ppm.
3) Henneguya sp.
Gejala ikan yang terserang antara lain nampak kista putih pada kulit dan insang ikan. Kista tersebut bisa membesar dan menyebabkan pembengkakan. Bila pembengkakan berlangsung pada insang, ikan akan kekurangan oksigen dan pada kondisi sakit berat menyebabkan kematian.
Hingga saat ini, belum ada cara yang tepat untuk mengendalikan parasit ini. Pemberian senyawa kemoterapetik dianggap kurang efektif.
4) Epistylis sp.
Epistylis sp. termasuk dalam protozoa bertangkai dan berbulu getar. Pada kondisi perairan yang kaya akan bahan organik, parasit ini justru kerap muncul sebagai agen penyakit. Penyakit ini biasanya menyerang ikan bersisik dan udang galah. Biasanya, bagian yang diserang adalah telur ikan, larva ikan atau udang, hingga ikan atau udang dewasa.
Gejala yang dapat dilihat pada ikan atau udang yang terserang penyakit ini antara lain pada tubuh udang atau ikan terdapat bercak seperti kapas yang menempel di kulit, sisik, atau sirip, bahkan tidak jarang terjadi borok yang memerah. Udang atau ikan yang terserang juga akan terlihat lemah, lambat, dan pucat.
Pengobatan ikan yang terserang parasit ini dapat dilakukan dengan memberikan CuSO4 dosis 1 ppm atau menggunakan asam asetat dosis 2 ppm. Pemberian formalin 150 ppm selama 24 jam juga sebaiknya dilakukan berulang 2—3 kali selama seminggu.
Sumber: Buku Budidaya Ikan di Kolam Terpal