Pertanianku — Sebagai salah satu komoditas ekspor Indonesia, salak mendapat banyak perhatian dari pemerintah. Salah satunya adalah peremajaan tanaman salak yang banyak dibudidayakan di daerah Sleman, DIY. Langkah ini hendaknya dilakukan agar produktivitas salak tetap terjaga dan menjadi salah satu komoditas unggulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa produksi salak pada 2018 dapat menyentuh angka 896.504 ton. Jumlah ini didapatkan dari tanaman sebanyak 38.024.008 batang pohon salak.
Banyaknya pohon salak ini tidak menjamin produktivitas akan terus meningkat bila tanaman tidak dilakukan peremajaan. Seiring popularitas salak Indonesia di luar negeri, peningkatan produktivitas tentu menjadi salah satu kendala untuk saat ini.
Produktivitas salak tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah pohon salak, tetapi juga usia pohon salak tersebut. Semakin tua umur tanaman, tentu saja produktivitasnya akan semakin menurun. Oleh karena itu, pemerintah mulai mendorong para petani untuk melakukan peremajaan tanaman salak.
Daerah Sleman, DIY, menjadi salah satu sentra salak Indonesia. Beberapa daerah di Sleman yang dituju adalah Kecamatan Turi, Kecamatan Tempel, dan Kecamatan Pakem. Di sana, tanaman salak produktif sudah berusia 15—20 tahun dan mulai mengalami penurunan produktivitas. Oleh karena itu, daerah tersebut disuntik bantuan program peremajaan tanaman salak oleh pemerintah.
Untuk melancarkan aksi peremajaan tanaman salak, tentu saja pemerintah membutuhkan dukungan dari seluruh pihak terkait. Tujuan utamanya adalah mempertahankan produktivitas salak sehingga dapat menyejahterakan banyak pihak.
Rencananya, peremajaan ini akan dilakukan pada 2020 mendatang. Pemeliharaan akan dilakukan dalam bentuk kegaitan intensifikasi lahan budidaya salak seluas 150 hektare.
Sistem peremajaan yang akan dilakukan sendiri menggunakan metode cangkok. Dengan begitu, langkah peremajaan tidak mengganggu produktivitas tanaman salak. Teknik cangkok ini dilakukan dengan menggunakan ember atau karung di pangkal batang utama. Cara ini sendiri sudah banyak diterapkan oleh petani setempat.
Konsumen salak Indonesia ini tidak hanya datang dari dalam negeri. Beberapa negara di Asia seperti Kamboja, Cina, Malaysia, Singapura, dan Saudi Arabia menjadi pusat ekspor salak Indonesia dengan total nilai ekspor menyentuh USD 1,4 juta.