Pertanianku – Secara alami, belut berkembang biak satu tahun sekali. Masa perkawinannya berlangsung amat panjang, yakni mulai musim hujan sampai awal musim kemarau, atau lamanya sekitar 4—5 bulan. Perkawinan belut terjadi pada malam hari yang panas karena mendung sehingga suhu air naik menjadi lebih dari 28o C.
Ketika musim perkawinan tiba, secara serentak belut (jantan) akan berenang ke berbagai arah tepian. Di perairan yang dangkal berlumpur itulah nantinya mereka menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan dibangun mirip huruf ‘U’. Di dalam lubang tersebut belut jantan membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air di atas salah satu lubangnya. Busa ini berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Sementara itu, belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah betina yang dinanti tiba, pasangan ini akan melakukan percumbuan terlebih dahulu sebelum perkawinan berlangsung. Ketika kawin, telur dari betina dikeluarkan di sekitar lubang di bawah busa yang mengapung pada permukaan air. Seekor induk betina dapat bertelur antara 50—4.000 butir. Telur yang sudah dibuahi akan dibawa oleh belut jantan dengan mulutnya lalu disemburkan dan diamankan di dalam lubang persembunyian.
Belut jantan bertugas menjaga telur-telur tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur, belut jantan akan berperilaku galak dan ikan yang mendekat ke sarangnya pasti diserang. Telur-telur belut di alam bebas akan menetas 9—10 hari setelah dibuahi pada air bersuhu 28—32o C. Anak-anak belut yang menetas untuk sementara diasuh oleh induk jantan. Setelah berumur 15 hari, anak-anak belut sudah bisa berenang sendiri meninggalkan sarang penetasan. Mereka sudah mampu menggali lubang dan mencari pakan sendiri di tempat lain.
Sumber: Buku Budidaya belut dan sidat