Permasalahan Produksi Kacang Kedelai yang Kerap Dialami Petani

PertaniankuProduksi kacang kedelai di Indonesia masih terbilang kurang sehingga masih sering membutuhkan kacang kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Rendahnya produktivitas kacang kedelai disebabkan oleh beberapa faktor seperti waktu tanam, tingkat pemeliharaan tanaman, ketersediaan air irigasi, dan kesuburan lahan.

produktivitas kacang kedelai
foto: pertanianku

Secara umum, ada tiga kelompok besar yang menyebabkan permasalahan produksi kacang kedelai, yaitu alam, biotik, dan sosial ekonomi.

Faktor alam

Faktor alam yang menyebabkan seringnya petani mengalami permasalahan dalam produksi adalah iklim, kondisi tanah, dan hamparan pertanaman kedelai. Biasanya, pertumbuhan kedelai tidak tumbuh optimal di daerah tropik dan lebih bisa tumbuh di daerah subtropik. Hal tersebut dikarenakan musim hujan yang berkepanjangan membuat tanaman tidak mendapatkan intensitas cahaya yang cukup.

Selain itu, pada lahan sawah tadah hujan atau setengah irigasi teknis, tanaman sering kali mengalami kekeringan pada musim kemarau. Sementara, pada musim hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan bunga rontok. Tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kedelai adalah tanah gembur dengan pH 5,5—7,0.

Kedelai masih jarang ditanam dalam satu lahan yang luas. Seringnya kedelai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain. Padahal, hal tersebut membuat hasil kedelai menjadi tidak optimal.

Faktor biotik

Varietas kedelai yang digunakan harus sesuai dengan kondisi tempat, seperti varietas subtropik tidak bisa dikembangkan di daerah tropik karena perbedaan iklim serta pola tanam yang digunakan. Serangga pemakan keledai di Indonesia terbilang cukup banyak, mencapai 20 jenis. Oleh karena itu, petani harus berjuang ekstra melindungi tanamannya. Faktor lain yang menyebabkan kegagalan adalah penyakit dan gulma yang harus dikendalikan jumlahnya.

Faktor sosial ekonomi

Permasalahan sosial ekonomi petani kedelai di setiap daerah sangat beragam. Ada beberapa faktor sosial ekonomi yang kerap dialami oleh petani. Pertama, pemilikan lahan. Kedua, status tanaman kedelai yang sampai saat ini hanya dianggap sebagai tanaman sampingan dan bukan tanaman komersial sehingga tidak banyak yang tertarik untuk membudidayakan dalam skala besar pada satu lahan. Ketiga, modal, risiko, dan tenaga kerja.

Tenaga kerja di Indonesia masih mengandalkan tenaga manusia yang hanya bisa mengerjakan 70—100 HOK/hektare. Hal tersebut berbanding cukup jauh dengan sistem pertanian modern yang sudah diadopsi oleh negara maju, efisiensi tenaga kerja hanya sekitar 0,50—1,0 HOK/hektare.