Pertanian Modern Mengubah Dunia, Baik atau Buruk?

Pertanianku — Sebagian besar penduduk bumi adalah petani yang hidup dari hasil bercocok tanam. Namun sekarang, di beberapa negeri industri, hanya 1 di antara 50 orang yang bertani. Bagaimana terjadinya perubahan besar ini? Jika dilihat lagi, pertanian modern memang cukup mengubah dunia.

pertanian modern
Foto: Pixabay

Kemajuan dalam efisiensi pertanian dimulai secara perlahan dan kemudian semakin pesat. Setiap perubahan itu mengharuskan jutaan keluarga membuat penyesuaian besar, dan proses ini masih terus berlanjut di seluruh dunia. Dengan melihat sekilas bagaimana pengaruh kemajuan dalam pertanian atas masyarakat, Anda dapat memahami keadaan dunia sekarang.

Penggunaan mesin dan pupuk meningkatkan hasil pertanian secara luar biasa. Akan tetapi, bagaimana pengaruhnya atas masyarakat? Berkat kemajuan dalam pertanian, terbukalah jalan bagi revolusi industri karena banyak makanan murah tersedia di kota.

Revolusi ini mula-mula terjadi di Inggris sekitar 1750—1850. Ribuan keluarga harus pindah ke kota-kota industri untuk bekerja di tambang batubara, pabrik penuangan besi, galangan kapal, dan pabrik tekstil. Mereka tidak punya banyak pilihan.

Petani kecil, yang tidak mampu menggunakan metode pertanian yang baru, hanya memperoleh sedikit uang dari panenan sehingga mereka tidak dapat membayar sewa. Mereka terpaksa meninggalkan ladang mereka dan tinggal di daerah-daerah perkotaan yang kumuh, padat, dan rawan penyakit.

Keluarga-keluarga tidak lagi bertani bersama-sama karena kaum pria harus bekerja jauh dari rumah. Bahkan, anak-anak harus bekerja selama berjam-jam di pabrik-pabrik. Tak lama kemudian, negeri-negeri lain juga mengalami perubahan yang sama.

Gaya hidup petani berubah

Mesin-mesin telah mengubah gaya hidup petani di banyak tempat. Kebanyakan petani dan buruh tani harus mempunyai keterampilan untuk menjalankan dan memelihara mesin-mesin yang canggih. Selain itu, semakin banyak petani yang bekerja sendirian. Tidak ada lagi gotong royong dalam menanam, mencangkul, dan memanen.

Di negeri-negeri maju, masih banyak petani yang terpaksa kehilangan lahan mereka karena tidak dapat bersaing dengan perusahaan agrobisnis yang besar. Petani yang ingin tetap mempertahankan gaya hidup lama yang mereka sukai harus melakukan pekerjaan sambilan di bidang jasa.

Termasuk di antaranya penyediaan akomodasi bagi para wisatawan atau memberikan pelayanan kepada orang yang berkemah, bermain golf, dan membuat barang kerajinan setempat. Sementara itu, yang lain lagi beralih ke bidang yang menghasilkan produk khusus seperti makanan organik, bunga, atau menangkar binatang-binatang langka.

Di negeri-negeri yang lebih miskin, di mana sebanyak 80 persen penduduknya mungkin hidup dari bercocok tanam, banyak petani kecil juga mengalami perubahan besar yang tidak menyenangkan.

Perusahaan-perusahaan internasional yang menggunakan metode pertanian industri bisa jadi membeli kebanyakan lahan yang terbaik untuk menghasilkan panenan yang dapat dijual ke tempat yang jauh. Para petani kecil sering mengerjakan lahan yang tandus atau ladang yang kecil dengan satu atau dua mesin saja, kalaupun mereka memilikinya, untuk menghasilkan makanan bagi keluarga mereka.

Perpindahan penduduk secara besar-besaran dari desa ke kota yang sekarang terjadi di banyak negara merupakan puncak proses yang sudah dimulai berabad-abad yang lalu. Perubahan dari gaya hidup agraris ke kehidupan perkotaan masih menguntungkan beberapa orang dan merugikan orang lain. Hanya ada sedikit pemerintah, kalaupun ada, yang menyediakan bantuan praktis bagi orang-orang yang terkena dampaknya.