Pertanianku — Pertanian organik kini sudah menjadi tren di beberapa negara. Penyebabnya, tak lain karena kesadaran hidup sehat dan bertani ramah lingkungan di dunia terjadi hampir bersamaan. Salah satu negara yang telah berhasil mentransformasi pertanian organik menjadi industri modern adalah Taiwan.
Petani padi organik di I-Lan County, Mr. Chang mengatakan, petani di daerahnya dapat meraup pendapatan kotor sekitar Rp2,7 miliar per tahun. Jumlah tersebut didapat dari 10 hektare lahan pertanian yang dimilikinya.
Seorang ayah yang memiliki dua anak itu mengaku, dapat memanen padi organik sebanyak 7 ton per hektare dan rendemen gabah ke beras sekitar 60 persen. Dengan harga beras 135 NT$ per kilogram (1 NT$ = Rp 475), maka Chang bisa memperoleh penghasilan yang jauh lebih tinggi dibanding rata-rata petani di Indonesia.
Padahal, Chang hanya bertani sekali dalam setahun karena lahannya tergenang air ketika musim hujan tiba. Pendapatan tersebut belum termasuk keuntungan dari limbah. Chang bahkan mengolah jerami menjadi pelet dan sekam menjadi biochar.
“Keduanya menjadi sumber energi pengering gabah,” kata Chang. Dari penggilingan, Chang juga memperoleh dedak dan bekatul yang bisa dijual untuk pakan ternak itik.
Selain cerita Chang si petani tanaman organik dengan keuntungan besar, Taiwan juga unggul dalam pertanian organik sayuran daun seperti di Bade, Taoyuan City. Di sana, para petani berbisnis sayuran daun organik berumur pendek, seperti pak choi, seledri, dan sawi.
Ahli hortikultura dari Council of Agriculture (CoA), Dr. Tsai, mengatakan, CoA selalu mendampingi petani berbisnis pertanian organik. CoA menyediakan informasi pasar dan berbagai jenis pestisida yang dilarang serta membina petani langsung di lapangan.
Menurut kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Pertanian, Prof. Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr., terdapat tiga hal yang membuat Taiwan sukses bertani organik. Pertama, sistem korporasi berjalan baik. Dengan begitu, petani terlibat bisnis pertanian mulai hulu (produksi) hingga pemasaran.
Kedua, semua tahap produksi menggunakan alat mesin pertanian yang menjadikan proses produksi cepat dan efisien serta menghasilkan produk yang bermutu. “Organik bukan berarti minus teknologi, ini anggapan salah. Itu bertani purbakala,” kata Dedi.
Ketiga, peran pemerintah sangat signifikan yang ditandai dengan kehadiran dalam desah napas petani. Misalnya saja seperti CoA yang membangun infrastruktur, membuat regulasi yang menguntungkan petani, memberi informasi pasar, dan memberi pinjaman kepada petani dengan bunga rendah hingga nol. Adapun peran lembaga riset menghasilkan inovasi teknologi yang benar-benar diperlukan petani.