Buah jati berkeping dua dengan kotiledon berukuran panjang 3—6 mm, epikotil akan tumbuh tegak menghasilkan organ batang dan pada ujung batang akan menghasilkan daun muda dengan bentuk membulat dan berwarna hijau atau kemerahan. Tahapan pertumbuhan anakan jati ditunjukkan oleh warna akar primer yang putih-kuning, akar sekunder tumbuh relatif sedikit. Kemudian, dilanjutkan dengan tumbuhnya tunas/daun berwarna hijau muda dengan ukuran antara 7,5—15,5 cm (panjang). Setelah menghasilkan daun 6—9 helai, anakan akan tumbuh memanjang hingga mencapai 1,5—3,5 cm.
Secara fenologis, tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun (deciduous) pada saat musim kemarau, antara bulan November hingga Januari. Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi pada bulan Januari atau Maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh kondisi musim. Masa pembungaan akan berlangsung antara bulan Juni—Agustus atau September. Buah yang terbentuk akan masak sekitar bulan November dan akan jatuh sekitar bulan Februari atau April. Buah jati termasuk ringan, antara 1,1—2,8 g, tergantung jenisnya.
Buah yang jatuh akan menghasilkan sistem regenerasi alami. Secara fisiologis, tingkat keberhasilan tumbuh anakan alam pada berbagai wilayah ditentukan oleh iklim, ketinggian tempat tumbuh, kematangan benih, dan kondisi lantai hutan (tanah). Secara umum, pertumbuhan tanaman jati di alam relatif kecil dan rendah, demikian pula dengan riap tumbuhnya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa pada umur pohon antara 50 tahun, 70 tahun, dan 80 tahun memiliki nilai produk masing-masing sekitar 417 m3, 510 m3, dan 539 m3 per hektar.
Sumber: Buku Kayu Jati Paduan Budi Daya dan prospek bisnis